Rabu, 23 Desember 2009

Betapa Latah Kita Menyelesaikan Masalah Yang Kita Hadapi

Betapa latah negeri ini, menafsirkan penyelesaian penyakit bangsanya tdk dari
sumber penyakitnya. seseorang yang sakit bukan disembuhkan penyakitnya. sakit dihilangkan dengan menghilangkan nyawa si sakit.

latah memang, masalah tak lagi di selesaikan dari sumber masalahnya. padahal mengobati sakit bukan dengan menghancurkan jasad si sakit. mengubah negeri ini tidak dengan membunuh semua penduduk negeri ini
lalu menghadirkan generasi yang baik (karena itu hanyalah hak Allah).

itu yang hari ini terjadi. lihatlah, betapa bobroknya pendidikan negeri ini. pesimistis adalah dasar berpikir mereka. Seorang siswa, bukan murid, karena murid berbeda dengan siswa. murid, memiliki kecintaan yang tinggi terhadap kebenaran. Lantang ia berkata : " nilai saya yang lain tinggi, hanya satu yang tidak memenuhi standar kelulusan" Ia selalu menilai dirinya dengan standar pesimistis, tidak maksimal" lalu di respon sama oleh orang-orang yang latah dalam membuat konsep pendidikan di negeri ini


Sistem pendidikan di negeri ini tidak mampu menampung kecendurangan seorang warganya, tidak menyediakan fasilitas yang tepat untuk bakat dan kesukaan seseorang di bidang ilmu. Tidak ada fokus pendidikan yang sesuai bakat seseorang. Hingga lahirlah putera-puteri generasi yang memiliki split personality. Seorang sarjana Ilmu sosial mengajar pelajaran olah raga di sebuah sekolah SD

Manusia Indonesia juga tak memiliki kesadaran tentang dirinya. Ia bingung tentang jati dirinya. Ia adalah air yang masuk ke dalam kubangan minyak. tak tahu bahwa ia tidak dapat bercampur dengan minyak sampai kapanpun.

Menelan mentah teori-teori barat, tanpa tahu bahwa jati diri bangsanya sesungguhnya berbeda, tak sejalan, bahkan arusnya berbda.
readmore »»ǴǴ

Jumat, 23 Oktober 2009

Proses Penjagaan Harakah, Keniscayaan Dalam Perjalanan Sebuah Gerakan

Makassar, 6 oktober 2009

Oleh Arif Atul M Dullah

“ Saat ini kalian belum berjalan pada jalan dakwah sesungguhnya, kelak ketika mereka mulai memahami dakwah kalian pasti mereka akan melakukan semua upaya untuk memusuhi kalian, di saat itulah kalian mulai melalui jalan dakwah sesungguhnya {Hasan Al Banna}”

Merefeleksi Sirah dan mempelajari Fiqh Siroh akan memberikan gambaran yang begitu jelas bagi kita tentang tabiat dakwah dan tahapan-tahapannya. Begitu banyak nilai, begitu banyak pelajaran yang harusnya bisa kita jadikan pelajaran khususnya bagi mereka-mereka yang meniti jalan dakwah dan hidup untuknya.

Ada fenomena yang kontradiktif kita temukan disebagian kalangan aktifis dakwah. Ada sebuah ketidak nyambungan antara idealisme dan cita-cita yang sedang ingin mereka bangun dengan sarana yang untuk mencapai tujuan mulia itu. Ada sebuah sikap “gagap” ketika ingin agar semua manusia menjadikan islam sebagai literatur hukum yang mengatur keseluruhan hidup mereka.

Mereka ingin mewujudkan tegaknya aturan-aturan Allah dimuka bumi, tapi mereka hanya mengatakan dengan dakwah saja, menyeru manusia untuk tunduk kepada syariat Allah swt. Ini adalah sebuah kegamangan cita-cita. Luhur memang cita-citanya. Tapi idealisme seperti ini hanyalah sebuah idealisme yang dibangun diatas dasar kepasrahan tanpa kemampuan mendefenisikan cita-cita itu.

Sirah nabawiah adalah sumber pelajaran besar yang mampu memberikan gambaran bagaimana sebuah cita-cita seperti itu harusnya diwujudkan.

Kalau kita membuka sirah nabawiah dan memahaminya dengan detil maka kita akan menemukan sebuah desain perencanaan dan strategi dakwah Rasulullah saw untuk melakukan sebuah transformasi dakwah menjadi sebuah institusi untuk menjamin kelangsungan dakwah ketika tekanan-tekanan Quraisy berupa pengusiran dan bahkan ancaman pembunuhan kepada para Sahabat dan Rasulullah SAW terjadi.

Kita tahu bahwa sekitar tahun kesepuluh kenabian, 2 pelindung utama Rasulullah wafat. Khadijah r.a dan paman beliau SAW, Abu Thalib. Acaman penyiksaan dan pembunuhan terus mengintai para Sahabat. Sampai kita tahu dalam tahun-tahun menjelang hijrah ini, tertumpahlah darah syahidah pertama Islam, yaitu Ibu Amr bin Yasir.

Karena saat itu aktivitas harakah sudah mulai terancam, maka sebuah upaya ekspansi dakwah harus sudah mulai dipikirkan, untuk membangun basis baru, komunitas islam di luar Mekkah. Lalu kondisi ini mendapatkan momentum terbaiknya dengan masuknya 6 orang tokoh Khazraj untuk menyebarkan Islam kepada kaum mereka. Dan momentum ini seperti yang di catat oleh syaikh Muhammad Munir Al Gadbhan, dalam Sirah Nabawiyah menjadikan islam itu ada pada setiap rumah di Madinah. Tidak ada satupun rumah di Madinah kecuali di dalamnya di bicarakan tentang Islam dan Rasululllah. Inilah awal proses transformasi islam menjadi sebuah Negara.

Maka, sebuah cita-cita besar yang saat ini sedang kita bangun dan kita rasakan hari ini tanpa tekanan, tanpa ancaman pembunuhan, kelak akan melalui dan merasakan tabiat jalan ini. Sehingga cita-cita yang sedang dibangun dan tumbuh ini, juga harus dipahami bahwa tidak selamanya kondusif akan terus berjalan seperti hari ini.

Memang karena baru tumbuh, maka orang-orang yang tidak pernah mau melihat islam ini tumbuh besar belum merasa keberadaan kita hari ini mengancam kepentingan-kepentingan mereka sehingga relative bersahabat dengan kita. Aktivis yang merasa bahwa dakwah sudah cukup dengan teriakan ceramah tanpa memikirkan untuk menciptakan ruang yang aman untuk berdakwah, sangat mungkin dakwah yang mereka bangun tidak akan tumbuh menjadi besar. Dan seandainya pun tumbuh besar, maka mereka akan segera mendapatkan ancaman pembumihangusan dari musuh-musuhnya.

Jadi membangun idealismE itu tidak pernah bisa hanya dengan ide “mengajak” orang berislam dengan baik tanpa pernah memikirkan untuk menjadikan dakwah sebagai sebuah legalitas. Dan legalitas ini hanya bisa dilakukan ketika kita menjadikan diri harakah itu sebagai harakah legal-formal.

readmore »»ǴǴ

UNTUKMU YANG TURUN KE JALAN

Makassar, 7 Oktober 2009

Untukmu yang turun ke jalan
meneriakkan jeritan anak-anak manusia
jeritan yang tak pernah bergaung
ditengah angkuhnya gedung-gedung birokrat

untukmu yang turun ke jalan
memilih berpeluh keringat
di tengah sejuknya AC ruang-ruang kuliahmu
ketika mereka enggan turun kejalan

kau lukis setitik harapan
di tiap lembar hari
bagi mereka anak-anak manusia
yang hidup dalam belenggu tirani

kini....
di tengah deru perjuanganmu
ku tempuh jua jalan perjuanganku
jalan juang itu kini berbeda
fisik tak lagi bertemu fisik, sepertimu
fisik tak lagi bertemu pentungan para polisi

tapi....
jalan juang ini dibangun diatas idealisme yang sama,
kini jalan juang ini tak lagi menapaki jalur jalan sepertimu
fisik tak lagi bertemu fisik
fisik tak lagi bertemu pentungan para polisi

untukmu yang turun ke jalan
kini idealisme di dadaku masih sama sepertimu
hanya, perjuangan itu ada tahapnya
hanya, zaman itu butuh model juang yang berbeda
itu caramu....seperti saat itu...aku juga sepertimu

untukmu yang turun kejalan
teriakkanlah suara anak-anak manusia itu
terikkan ia, hingga menembus tembok-tembok
angkuh para birokrat
hingga nurani memahami nuraninya....

untukmu yang turun ke jalan
jangan pernah biarkan idealismemu
terpasung diantara tingginya gedung-gedung birokrat
kini dan hari esok adalah milik kita
kitalah yang akan merubah dunia
oleh kita saat ini, bukan oleh siapapun

hingga idealisme kita berdiri tegak
berkibar di antara panggung sandiwara
dan retorika elit-elit birokrat itu.
readmore »»ǴǴ

Jalan Panjang dan Cita-Cita

Oleh : Arif Atul M Dullah

jalan, jalan panjang cita-cita
harus di hiasi dengan
semangat yang tak pernah padam

rangkai, rangkai impianmu sebesar engkau mau
takdirmu adalah impianmu

berlarilah kejar ia rengkuh dalam dekapmu
jangan lepaskan ia,juga
jangan pernah biarkan engkau jatuh dan mati

jatuh, jatuh, bangkitlah
tidak peduli berapa kali kita terjatuh
setiap kali kita berlari menuju mimpi itu
yang pasti bangkit..tetaplah bangkit setelah jatuh

rangkai, rangkai masa depanmu
ditanganmu, bukan ditangan mereka,atau siapa pun

ia adalah takdirmu
maka ukirlah ia seperti inginmu
jangan pernah biarkan mereka mengusik

gapai cita menuju jalan panjang kemenangan
karena mimpi adalah awal
awal lahirnya kenyataan
kenyataan hari esok

disini... di ruang keyakinan
impian itu terangkai
masa depan itu terangkai
untuk layak menjadi impian

disini di ruang keyakinan
keyakinan yang bukan keyakinan
tapi keyakinan yang terealisasi
untuk sekali lagi merebut takdir kita


readmore »»ǴǴ

Jumat, 05 Juni 2009

Mengukur Kekokohan Pemahaman Kita

Oleh : Arif Atul M Dullah

Dalam sebuah perjalanan, adalah suatu hal niscaya badai cobaan dalam perjalanan kehidupan yang panjang itu akan kita temui. Berat bahkan lebih berat. Kadang ia menyesakkan. Mungkin juga membuat kekokohan karakter, kekokohan mental, kekokohan iman menjadi terkikis. Mungkin habis dan atau tidak tersisa sama sekali. Atau juga sebaliknya, semakin memperkokoh pijakan kaki kita di atas jalan kehidupan.

Begitu juga dengan perjalanan sebuah harakah dakwah. Ada masa dimana ia berjalan indah tanpa tekanan, tanpa cercaan. Tapi, sebuah tabiat perjalanan sebagaimana Rasulullah SAW dan sahabatnya, pernah melalui suatu fase dakwah yang penuh dengan tekanan, cercaan, bahkan pengsuiran dan pembunuhan. Mekkah menjadi awal tekanan berat perjalanan dakwahnya. Sekitar 10 tahun manusia-manusia peradaban itu dididik dalam tekanan. Disanalah dimulai pengorbanan itu sampai akhirnya mereka juga harus meninggalkan tanah kelahiran tercinta, Mekkah. Menuju satu tanah baru, Kota Madinah. Namun, tekanan itu belum berakhir. Lima tahun dalam perjalanan awal dakwah, perjalanan awal menyeru manusia di tanah baru, menjadi fase-fase yang jauh lebih sulit. Tidak kurang 48 kali pertempuran yang harus di alaminya untuk mempertahankan eksistensinya. Sebelum para budak itu, para kabilah yang tidak pernah dihitung oleh imperium besar di masanya, Romawi dan Persia berubah menjadi manusia-manusia langit yang memimpin manusia. Menjadi sokoguru peradaban bagi manusia. Di awali oleh kalimat sang Rasul “Hari kita akan menyerang mereka, setelah itu mereka tidak akan pernah menyerang kita lagi” saat perang Khandaq, sampai penaklukan Andalusia Spanyol.

Situasi sulit memang tabiat perjalanan ini. Tekanan, cercaan, hinaan bahkan kadang darah juga menjadi harga yang harus dibayar sebelum sampai pada masa-masa kemenangan dan kejayaan. Seperti darah yang harus mengalir dari tubuh penghulu para syuhada, Hamzah Bin Abdul Mutalib, dan sekitar 70 sahabat lainnya yang menjadi syuhada. Itu bayarannya. Tapi, setelah itu mereka dicatat sebagai pasukan yang tidak pernah lagi mengalami kekalahan dalam semua pertempuran. Karena disanalah mereka belajar, tentang harga sebuah kekeliruan sikap dalam perjuangan. Bahwa harta rampasan perang, dunia, dan kedudukan bukan cita-cita yang harus memalingkan mereka dari cita-cita tertinggi, meninggikan kalimat Allah.

Perjalanan sebuah harakah dakwah pasti akan melalui fase ini. Kadang cercaan itu, terasa menyesakkan dada, membuat kita ingin marah, berteriak dan memberontak.Tetapi, disinilah kita di uji. Disinilah kekokohan pemahaman, kekokohan karakter manusia-manusia haraqah itu teruji. Menguji pemahaman kita tentang tabiat jalan ini. Menguji pemahaman kita tentang manhaj dakwah kita. Untuk mendorong kita terus beramal dalam situasi sesulit apapun. Sebagaimana tekanan yang dialami oleh para pendahulu dalam haraqah dakwah ini. Mereka telah membayarnya dengan pengorbanan harta, waktu dan energei yang sudah tidak bisa kita hitung, bahkan ada yang telah menjemput syahidnya menuju syurga.

Tapi, tidak selamanya kesulitan akan ada. Harapan itu selalu ada. Ada masa dimana kesulitan, tekanan, cercaan itu akan pergi. Kebatilan dan kesulitan itu akan roboh. Lalu kebenaran akan tegak dengan pilar-pilarnya yang kokoh. Setelah itu kita akan menemukan bahwa, orang-orang yang tetap bertahan diujung jalan ini adalah mereka yang memiliki kekokohan pemahaman tentang tabiat jalan ini. Tentang manhaj dakwah ini. Mereka adalah orang-orang yang terus beramal ditengah kerasnya badai kehidupan di jalan ini.

readmore »»ǴǴ

Kamis, 04 Juni 2009

Menakar Kepemimpinan Ideal dari Kacamata Sejarah

Kita dihadapkan kembali pada masalah hitung-hitungan yang terbaik dari para Capres-Cawapres. Mereka tampil dengan jargon yang terkadang membuat kita terpesona dengan itu semuanya. Memang, adalah sebuah hal yang wajar dalam dunia politik ketika kita dihadapkan pada masa “pertarungan”. Namun, sejarah kepemimpinan juga bisa menjadi catatan besar bagi kita untuk berkaca. Sebagai tempat kita belajar. Untuk melangkah menuju masa depan yang lebih baik tentunya..

Sejarah–sejarah besar sepanjang peradaban manusia senantiasa diukir oleh orang-orang yang sedikit. Masyarakat secara umum bisa kita kategorikan dalam dua kelas yaitu kelompok pemimpin dan kelompok masyarakat awam. Satu fakta bahwa hadirnya sebuah bangsa atau peradaban besar itu, faktor kepemimpinan adalah yang paling dominan dalam menentukan kebangkitan sebuah bangsa menuju pada harga diri yang tinggi dimata bangsa-bangsa lainnya. Demikian pula kebutuhan bangsa ini hari ini. Tentu saja harus ada sosok yang mampu mengantar bangsa ini keluar dari keterpurukan yang telah lama menggerogoti nadi dan tubuhnya.
Tidak perlu belajar kepada orang-orang bangsa lain, Rosevelt, Fidel Castro, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi atau siapapun, meskipun tetap harus diakui bahwa mereka telah membuat catatan besar bagi sejarah bangsanya. Bangsa ini hanya perlu melihat lebih jauh kepada sejaranya sendiri, sebagai muslim dan sebagai sebuah bangsa yang pernah memiliki catatan manis dalam pentas sejarah peradaban dunia.
Sebagai Muslim tentu saja, kita bisa berkaca lebih banyak kepada Rasulullah SAW. Dialah yang hadir dipentas peradaban dunia, yang mampu mengubah harga sebuah bangsa, Bangsa Arab yang sebelum kehadirannya adalah bangsa yang tidak memiliki harga dan nilai apapun di hadapan imperium besar, Romawi dan Persia. Lahir di tengah-tengah kabilah yang senantiasa berperang diantara mereka, jahiliah, terhina, tak memiliki kekuatan. Kemudian para budak-budak itu, kaum kulit hitam di ubahnya menjadi pemimpin-pemimpin besar di pentas peradaban dunia.
Dialah sosok yang padanya akan kita temukan tiga karakter dasar. Pertama dia seorang visioner. Dialah yang pernah memecah batu untuk membuat parit dalam perang Ahzab, sambil setiap kali mengayunkan palunya untuk memecah batu ia berkata, “saya melihat pintu gerbang istana Parsi.” Itu visi, dan itu cita-cita yang ditanamkan secara kuat di hati para sahabat, terus menggelora sampai cita-cita itu terwujud. Kedua, memiliki kepribadian yang utuh. Dia jugalah orang yang memiliki kapasitas sebagai seorang manajer dan pemimpin kuat, tetapi ia juga adalah imam shalat setiap waktu shalat. Ini sisi keutuhan pribadinya. Visinya yang besar itu dibingkai oleh satu tujuan yang besar, yaitu kesejahteraan bagi masyarakatnya, untuk bangsanya, bukan untuk kepentingan pribadi, menuju satu cita-cita tertinggi yaitu syurga Allah. Adakah nilai yang lebih tinggi dari itu? Ketiga, memiliki kemampuuan untuk menjadi perekat semua elemen masyarakatnya. Di tengah bangsa yang majemuk, dengan berbagai macam suku, agama, kedaerahan dibutuhkan sosok seperti ini. Bukan dari mana ia berasal, tetapi yang terpenting adalah kehadirannya mampu menyatukan umat dan masyarakatnya.
Di bangsa ini, ada sosok Soekarno, Hatta, Soedirman, Imam Bonjol, Syaikh Yusuf Al Makassary. Merekalah yang hadir di tengah-tengah kebingungan, ketidakpastian nasib dan masa depannya. Memberikan harapan bagi orang lain, mau mengambil beban penderitaan rakyat untuk dipikulnya dan mengantar masyarakatnya kepada kemerdekaannya setelah dijajah lebih dari tiga abad. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk memberikan kontribusi terbaik bagi orang-orang yang dipimpinya, demi bangsa bukan pribadinya atau kelompoknya.
Dalam sejarah Nusantara ini juga, ada seorang Gajah Mada. Pemimpin yang memilik karakter dan kuat yang pernah memimpin negeri ini. Karismatik, pemberani, tegas, dan fisik kuat. Pemimpin yang menangis jika melihat rakyatnya kelaparan dan saat itu pula menginstruksikan untuk menanggulangi kelaparan tersebut. Bahkan ia berkata “ saya tidak akan memakan buah pala sampai saya bisa menyatukan seluruh nusantara”.
Bangsa ini membutuhkan pemimpin seperti mereka, yang tegas, berani karena benar. Bukan pameran kelicinan berdebat, tetapi yang diperlukan adalah buah dari keintelektualan yang menunjukkan kualitas perbuatan nyata. Rakyat tidak menginginkan kualitas pemimpin arogan, yang hanya peduli pada golongan sendiri, kelompok sendiri, daerah sendiri, kerabat sendiri. Pemimpin mabuk kuasa, yang takut kehilangan kursi. Para pemimpin ini berdiri tegak di depan dengan panji-panji partai, dan di belakang, ribuan massa pendukungnya. Namun, suara pemimpin politik ini, meskipun berkata demi kepentingan seluruh bangsa, tetap saja ditafsirkn bagi kepentingan kelompoknya. Tokoh-tokoh ini adalah tokoh-tokoh dengan kepentingan golongan, massa tertentu, demi tujuan tertentu pula. Ia mengabdi untuk masa kini yang dekat dan untuk persoalan-persoalan aktual saja. Tanda gambarnya kami, dan bukan tanda gambar kita. Dan karenanya, sulit memperoleh kepercayaan dari massa dan golongan lain.
Tokoh pemimpin yang bisa diterima oleh seluruh golongan dan masyarakat bangsa adalah tokoh yang tidak memiliki massa golongan. Massanya adalah seluruh rakyat. Tokoh semacam itu barangkali memang berasal dari suatu golongan massa, tetapi memiliki kualitas di luar massa golongannya. Tokoh ini tidak berbendera, dan dengan demikian justru mewakili semua bendera, karena semua bendera yang ada bisa dikibarkannya. Ia tidak memiliki kepentingan kelompok, dan karenanya ia memenuhi semua kepentingan kelompok.
Tokoh yang mungkin bisa dipercaya ini adalah tokoh yang berkualitas trasendental, tokoh yang kepentingannya tidak-berkepentingan, yang massanya tidak-bermassa, yang suaranya bukan suara sekarang ini. Pemimpin yang diinginkan adalah yang kuat karakternya, yang tidak ragu untuk membenarkan dan menyalahkan. Pemimpin yang tidak melihat batas-batas golongan dan kepentingan. Pemimpin yang tidak ambivalen, yang berbicara melalui kerja. Berkuasa tetapi tidak menguasai. Kaya tetapi tidak memiliki. Cerdas tetapi menyembunyikan kecerdasannya. Jujur tetapi rendah hati. Termasyhur tetapi berlaku biasa.
Tetapi semua keinginan dan harapan itu juga ditentukan oleh factor lainnya yaitu tabiat masyarakat. Tabiat rakyat menentukan jenis pemimpin mereka karena pemimpin selalu hadir dari rahim sosialnya sendiri. Pemimpin adalah miniatur dari masyarakat yang dipimipinnya. Rakyat yang mencari pemimpin seorang raja akan mendapatkan raja, dan rakyat yang mencari seorang khalifah akan mendapatkan khalifah. Rakyat kerajaan menginginkan seorang bos, seorang penguasa. Rakyat khalifah menginginkan pemimpin yang mampu melayani. Rakyat kerajaan cenderung hedonis, rakyat khalifah berorientasi pada kebijakan sosial.
Maka perlu ada sikap baik dan lebih rasional dari masyarakat. Saatnya masyarakat harus berpikir lebih besar. Tidak lagi membingkai pilihan pemimpinnya berdasarkan perasaan-perasaan kerdil, karena suku, karena kerabat, karena budaya, yang tidak pernah bisa mengantar bangsa ini keluar dari masalah besar yang telah lama melilitnya..
readmore »»ǴǴ

Senin, 11 Mei 2009

Meniti Mimpi menuju Puncak cita-cita

Panjang. memang sangat panjang perjalanan hidup ini. siapa yang bisa mengira bahwa aku dapat sampai pada jalan ini, hari ini di FKM Unhas. sebagai anak desa, datang meniti mimpi menuju cita-cita besar yang terus menggelora sejak kecil, hari ini perasaan itu semakin kuat. Hari berlalu, obsesi dan cita-cita besar terus menerus membakar jiwa ku. Ini aku, ya aku apa adanya. Tapi benarlah kata Hasan Al Banna "kenyataan-kenyataan hari ini adalah impian-impian kemarin dan kenyataan esok adalah impian-impian hari ini"

Kurang lebih 3,8 tahun kuhabiskan di FKM. Peristiwa, momenut telah menempa diri menjadi lebih, lebih baik, lebih dewasa, lebih mulai memahami hakekat keberadaan dan mengapa aku harus ada di sini hari ini. Perjalanan ini harus diteruskan menuju puncak cita-cita.

Jazakumullah...buat ikhwan dan akhwat sekalian
KAMMI Unhas
FKMKI Unhas
ROHIS BEM FKM Unhas
Masjid Medic....
dan mereka yang telah megajakku meniti jalan ini dan mengenal hakekat keberadaanku di jalan ini
readmore »»ǴǴ

Sabtu, 02 Mei 2009

As Syabab - Pemuda

Wahai Pemuda...
sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan jika rasa kuat keyakinan padanya, ikhlas berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya,
dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. sepertinya keempat rukun ini yakni iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda.
Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan.
Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya.
Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya
(Hasan Al Banna)

Mereka adalah gelora semangat, perjuangan, dan pembebasan. Adalah tentang cerita kepahlawanan dalam kata yang terwakili oleh kata ini “pemuda”. Pemuda dengan segala defenisi positifnya. Keyakinan dan iman yang kuat, kejujuran,untuk tulus bekerja. Ikhlas dalam beramal. Semangat dalam amal dan penuh dengan pengorbanan.

Realitas jatuh bangunnya sebuah bangsa juga, sebagian ukurannya disini. Bangsa-bangsa besar dalam realitas kebangunannya pasti tidak bisa dipisahkan dari peran mereka, pemuda. Menoleh ke belakang pada sejarah bangsa ini, Indonesia. Ada nama-nama besar yang memainkan peran strategis dalam setiap momentum perjalanan bangsa ini. Soekarno, Hatta, Soedirman, dan sebagainya. Momentum sumpah pemuda, Momentum Proklamasi semuanya adalah simbol gelora semangat pemuda. Juga kita tidak akan melupakan satu momentum bersejarah bangsa ini ketika tahun 1998 kejatuhan rezim orde baru. Otak gerakannya adalah pemuda. Pemuda yang sedang dibangkitakan untuk memikul beban pembebasan umat dari tirani.

Maka, setiap ideologi. Komunis, kapitalis dan bentuk paham apapun itu namanya, tidak akan pernah melepaskan kata pemuda untuk memainkan peran–peran strategis untuk perjuangannya. Ideologi-ideologi itu tumbuh subur. Mekar dan menemukan karakter sejatinya ketika menyatu ajeg dengan jiwa pemuda.

Allah SWT memberikan penghargaan dan apresiasi secara khusus. Pemuda, dalam surat Al Kahfi (ayat 14), iman yang kuat, keteguhan hati, deklaratif. Dia menjelaskan tentang karakter mereka. Tentang sifat-sifat mereka. “berikan saya 12 pemuda maka akan saya guncangkan dunia” kata Soekarno. Atau seperti Umar bin Khatab ”setiap kali saya menghadapi masalah-masalah besar maka yang pertama kali saya panggil adalah pemuda”

Saya tidak terlalu memusingkan tentang beban berat yang sedang dirasakan bangsa ini. Bangsa ini memang sedang berada dalam sebuah simpang sejarah. Sejarah yang sulit. Tapi itu juga realitas bangsa-bangsa besar yang saat ini ada. Ditengah perjuangan untuk mengembalikan hak-hak negeri yang terampas, tanah air yang terjajah, kebebasan dan kemulian yang hilang. Saat itulah karakter ini di uji. Tentang apa ia karakter itu kita miliki. Tentang apakah kita rela berbuat untuk bangsa ini lebih banyak dari pada berbuat untuk diri sendiri. Karena ketika Allah ingin mentakdirkan kita menjadi orang besar, adalah suatu hal yang niscaya bahwa beban dan tantangan yang harus kita pikul juga adalah berat.

Beranjak dari sini , maka sesungguhnya banyak kewajiban yang harus kita tunaikan, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat hak-hak umat yang harus ditunaikan dan semakin berat amanat yang terpikul di pundak. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat.

Oleh karena itu, kedua mata kita pun terbuka di hadapan sebuah umat yang terus berjihad dan berjuang untuk mendapatkan kembali hak dan kebebasan yang terampas. Bersiap-siaplah wahai tokoh, alangkah dekatnya kemenangan itu, dan alangkah besarnya keberuntungan bagi para aktifisnya yang tak pernah berhenti berjuang.

readmore »»ǴǴ

Rabu, 29 April 2009

Coming Soon.....

1. Kisah Yusuf a.s meminta jabatan dalam dunia politik bolehkah?? itu tuh....Anis matta
2. Me dan KAMMI Unhas
readmore »»ǴǴ

Sabtu, 25 April 2009

momentum baru, di atas jalan ini

Sebuah moment sejarah panjang perjalananku di atas jalan ini. Jalan dakwah. Meskipun kondisi ini juga kadang menimbulkan pertanyaan bagi diri saya secara pribadi apa ia saya sekarang ini berada diatas jalan dakwah. karena terkadang, berdasarkan gambaran mereka yang meniti jalan ini, kita baru benar-benar berada di atas jalan ini ketika kita telah memberikan yang terbaik dari diri kita. pengorbanan harta, jiwa bahkan nyawa untuk memperjuangkannya.

Banyak suasana dan peristiwa yang terus menerus mengisi ruang jiwa. ruang pikiran. ruang pemahaman. tentang semua hal yang saya alami. terkadang saya merasakannya tidak berlangsung secara alami tetapi ia terencana. di rencanakan. tidak normal memang. perlahan hijab itu mulai terbuka. sedikit demi sedikit. tapi ia mulai jelas. tentang hakekat keberadaanku di atas jalan ini. jalan yang ditempuh oleh sedikit orang. jalan dakwah.

moment baru dalam dakwah selama lebih dari 3 tahun keterlibatanku di jalan ini dimulai. dimulai dengan hal yang lebih besar, lebih berat, dan lebih menantang. tapi, aku menyukainya, senang dengan tantangannya.

area jihad yang sesungguhnya akan segera mulai kulalui. peran yang akan diskenariokan kepadaku akan lebih menantang. lebih sulit. dan boleh jadi ia akan menguras habis isi jiwa dan pemahamanku tentang jalan ini.

semua suasana yang mengharubiru jiwaku yang sejak awal digembleng secara kuat, mulai menuntuk pengambilan peran-peran yang lebih mengurah energi, jiwa dan spritual sebagai konsekuensi perjalan menuju puncak gunung kepahlawanan. maka pahami jalannya. ikhlaskanlah semua kontribusinya. dan beramallah dengan amal tak terputus. karena inilah yang paling bisa menjagaku dari terpaan badai yang mungkin akan ku alami sepanjang jalan ini.
readmore »»ǴǴ

Kamis, 19 Maret 2009

Bangunan ini, perlu perencanaan sang Arsitek peradaban

Dakwah yang berjalan tanpa kesatuan gerak, tanpa arah, tanpa target-target pencapaian, tanpa kesolidan dari semua unsurnya yang membangunnya hanya akan menjadi pekerjaan melelahkan tanpa hasil, tanpa ada perubahan pada sasaran yang hendak kita perbaiki.

Disini, pada situasi inilah aku kadang merasa sangat lelah, bukan karena pada beratnya beban ini, tapi karena tidak adanya arah yang mengarahkannya menuju cita-cita itu. padahal salah satu syarat kemenagan itu adalah adanya perencanaan yang matang. Apa yang hari ini kita capai, dakwah yang telah berkembang hari, bukanlah sebuah pekerjaan yang hanya dikerjakan sambil lalu. tapi, ia adalah sebuah cita-cita besar yang telah di impikan sejak 30 tahun yang lalu.

Disini, dalam lingkup ruang kecil ini. aku ingin kita juga harus memahami hakekat ini. karena sebenarnya salah satu karakter pahlawan dan orang-orang sukses itu adalah memiliki cara pandang yang jauh kedepan.

Dalam realitas ini, sebuah bangunan dakwah yang sedang hendak kita kerjakan ini. kita ibaratkan sebuah mobil atau kereta. Ya kereta dakwah, ada kesatuan unsur dan alat yang membentuknya sehingga ia bisa berjalanan.

Padahal Rasulullah mengingatkan kita bahwa kita ini, ibarat satu tubuh. satu organ tubuh yang sakit maka tentu saja yang lain tidak akan bekerja maksimal. tentu saja, bangunan dakwah ini juga demikian. perlu ada evaluasi, perlu ada perhatian yang lebih serius terhadap permasalahan ini. Karena kita punya cita-cita besar, maka cara pandang kita juga harus jauh kedepan.
readmore »»ǴǴ

Selasa, 27 Januari 2009

Golput, Haramkah ???

Oleh : Arif Atul M Dullah

Pemilu 2009, telah menjelang, tinggal sekitar 2 bulan lebih lagi, bangsa ini akan menghadapi satu momen sejarah dalam rangkaian panjang perjalanannya. Bangsa besar ini, sedang dan semua pihak pasti sedang ingin berbenah untuk terus menata diri menjadi lebih baik. Maka pemilu 2009, menjadi momen dan peluang bagi penataan bangsa yang lebih baik.

kesibukan parpol menjelang pemilu mulai menjadi, mulai dari sibuk menggalang suara calon pemilih sampai kepada kesibukan mempersiapkan caleg-calegnya untuk mencapai kemenangan pada tahun ini. Yang pasti semua parpol tengah berusaha berbenah untuk terus memperbaiki citra dirinya.

Namun ada satu hal ironi yang kita hadapi, ditengah realitas diatas, ternyata ada realitas lain, yang mau tidak mau hal ini harus segera ditangani, Golput, (golongan putih). Kelompok ini sebenarnya datang dari berbagai kalangan dengan berbagai macam kepentingan, dari kalangan umum bahkan dari kalangan organisasi gerakan islam sendiri. terlalu banyak alasan yang mereka kemukakan untuk membenarkan pendapat mereka tentang golput, mulai dari ketidak percayaan mereka terhadap partai sampai pada pernyataan bahwa sistem yang kita anut adalah sistem kufur sehingga sampai pada batas mengharamkan kita berpartisipasi di dalamnya terutama ikut serta sebagai pemilu.

Sebelumnya saya meminta maaf, karena sebenarnya ini hanya sekedar sharing kepada setiap pembaca, karena kapasitas saya sebenarnya bukan pemfatwa tapi hal ini saya kemukakan hanya berdasarkan pada apa yang saya pahami tentu saja masih terbatas, tapi mudah-mudahan bermanfaat.

Dalam fiqh Islam, sebenarnya kita memahami bahwa permasalahan kepemimpinan dalam tubuh umat adalah permasalahan yang sangat urgen untuk segera diselesaikan. Mengapa? sebab tanpa imamah dalam permasalahan agama ini tentu saja kita dan umat ini akan seperti anak-anak ayam yang kehilangan induk, kita akan berjalan sendiri-sendiri, tidak terarah, mudah terombang-ambing oleh badai bahkan kita akan seperti kijang yang terpisah dari kawanannya sehingga ia mudah diterkam oleh serigala.

Rasulullah pernah mengatakan bahwa "bangunan pertama yang akan runtuh dari umat ini adalah kepemimpinan....dan yang terakhir adalah shalat" . Inilah realitas yang kita temui hari ini. kita menjadi umat yang bingung, ditambah lagi dengan ketidakadaannya kesepakatan dan mau saling memahami diantara sesama kaum muslimin padahal hanya perkara-perkara yang seharusnya kita bertoleransi diatasnya.

Terkait dengan pemilu 2009, sebagai ajang untuk memilih kepemimpinan baru di negeri ini merupakan hal yang harus kita pahami sebagai hal yang penting bahkan sangat penting, bukan hanya karena sebagai sebuah bangsa tetapi juga terkait dengan keislaman kita. Dalam lima dimensi islam yang kita pahami ( aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan syariah) maka permasalah sistem negara adalah permasalah syariah jadi menghukuminya adalah bukan dengan fiqh taharah (halal atau haram) tetapi pada fiqh muamalah (mubah)

Alasan-alasan orang yang golput terutama dari kalangan kaum muslimin bahkan aktivis pergerakan, harus segera diubah. Ada banyak alasan yang mengharuskan kita untuk terlibat aktif dalam pemilu 2009 ini sebab :

1. Kita diajari satu kaidah oleh Rasulullah : bahwa pemimpin yang maksiat tetapi ia kuat dalam pemerintahan (bijaksana) harus lebih didahulukan untuk dipilih dari pada pemimpin yang shaleh tapi lemah.

Karena keshalehan dan maksiat hanya berdampak pada pribadi pemimpinnya, sedangkan kebijaksanaannya berdampak lebih luas kepada masyarakat. Kita mengakui memang bahwa dalam realitas bangsa ini memang begini, bahwa yang memimpin kita menang tidak terlalu shaleh - kalau tidak mau dikatakan maksiat- tapi permasalahannya adalah hari ini kepercayaan masyarakat dan mungkin juga kapasitas orang-orang shaleh memang belum ada yang benar-benar bisa memimpin bangsa ini. Maka solusinya adalah bukan meninggalkan semuanya tetapi, mencari yang terbaik. Karena permasalahannya adalah ketika kita tidak mencari pemimpin yang lebih sedikit mudharatnya, kalau tidak kita katakan yang terbaik itu wajib dari pada tidak memilih. sebab terlalu banyak alasan mengapa hal ini harus di lakukan, salah satunya adalah ini.

2. Negara ini sistemnya sistem kufur, sistem demokrasi, dan terlibat didalamnya adalah haram

Sebenarnya kita memahami dari 5 dimensi islam yang saya sebutkan di atas, sistem demokrasi terkait dengan muamalah , dan cara menilainya bukan dengan halal atau haram. Tetapi pada boleh atau tidak. dengan pertimbangan mana yang lebih banyak maslahatnya. Karena dalam hal ini, tentang sistem ini kita hanya diberikan dua pilihan, menjadikan demokrasi sebagai sarana dakwah atau merubah sistem demokrasi secara total, tentu saja dengan revolusi. tetapi menurut saya mudharatnya akan lebih banyak kalau kita memilih jalan yang kedua. Dan setahu saya dalam dakwah Rasulullah tidak demikian.

Kemudian tentang keterlibatan kita dalam sistem ini saya kira, kalau kita memahami dan mendalami Al Quran maka kita akan menemukan satu fakta, bahwa dalam kisah Nabi Yusuf a.s dia juga terlibat dalam sebuah sistem yang bukan sistem islam ketika dia di angkat sebagai bendahara pada saat itu. siapa yang bisa membantah ini. Karena ini realitasnya.

3. Keterlibatan kita didalam pemilu, dan memberikan hak suara kita, sebenarnya adalah sebuah upaya agar orang-orang yang memimpin kita kelak bukanlah orang-orang zalim, para koruptor, penindas dan sebagainya. Meskipun mungkin kita akan menemukan dari sekian banya calon legislatif maupun eksekutif tidak ada yang benar-benar shaleh dan baik, minimal kita bisa mencari yang paling sedikit dampak atau mudharatnya.

satu hal lagi, sebenarnya semua hal ini didasari pada distorsi sejarah, yang dialami oleh umat ini setelah mereka terpinggirkan dalam perjalanan sejarah bangsa ini. sehingga seolah-olah antara Islam dan negara ini terpisah, antara kita dan negara ini terpisah. sehingga kita memandang dan selalu melihat negara ini dari luar, bukan sebagai milik kita, padahal realitasnya negeri ini adalah milik kita, milik umat islam, karena kita mayoritas disini. dinegeri ini tempat kita tumbuh dan besar. Ini adalah kewajiban, bukan hanya kewajiban sebagai warga negara, tetapi juga sebagai seorang muslim. untuk terus memperbaiki negeri tempat ia lahir. Wallahu`alam
readmore »»ǴǴ

Rabu, 07 Januari 2009

Merefklesi Kembali Panjangnya Jalan ini

Oleh : Arif Atul M Dullah


Ini tentang Jalan dakwah. Jalan yang tak pernah berhenti menyeleksi satu persatu orang yang melaluinya. Jalan yang hanya dapat ditempuh oleh sedikit orang. Karena terminal perhentiannya terlalu jauh. Jauh, dalam jangkauan kaki, juga jauh dalam jangkauan perasaan orang-orang lemah.

Pengalaman sepanjang perjalanan ini. Terus dan terus mengajarkan kita. Tentang tabiat perjalanan ini. Bahwa diawalnya, kita bersama mereka, teman-teman perjalanan. Semangat itu menyala pada mulanya. Namun, semakin lama mungkin semangat itu akan melemah atau bahkan mungkin padam. Oleh terpaan badai di sepanjang jalan ini. Hingga suatu hari nanti kita melihat bahwa tinggal beberapa orang yang terus berjalan menuju terminal dakwah ini. Mereka tersisih, terseleksi oleh badai sepanjang perjalanan. Oleh badai ujian pemahaman. Oleh badai ujian kepercayaan bahwa diujung jalan ini ada kemenangan.

Mungkin memang kita yang ikut dalam kafilah ini tidak akan sampai ujung jalan ini. Karena mungkin Allah akan memanggil kita sebelum sampai ke ujung jalan ini. Tapi, kita juga dijanjikan kenikmatan lain selain janji kemenangan. Syurga, disanalah semuanya akan berakhir. Mereka yang sampai pada terminal di ujung jalan ini kelak juga akan kembali ke sana, Syurga.

Ujian disepanjang jalan ini. Terus dan terus lagi mengajarkan kita. Semakin luas dan lebar jalan yang harus kita lalui, maka ujiannya semakin berat. Kita kelak akan menemukan, ada saja orang yang kemudian mempertanyakan, mengapa jalan ini harus begini? Bahwa kadang mereka menuntut untuk juga diperhatikan. Mereka kadang akan meminta bahwa kenapa dakwah ini tidak pernah dijelaskan kepada mereka.

Padahal mereka tidak pernah mau memahami. Bahwa perjalanan ini terus menerus menuntut untuk terus mempercepat langkah. Padahal mereka harus terus berjalan dan mencari semua sarana untuk membuat mereka tetap bertahan. Ujiannya akan terus ada hingga di ujung jalan ini kita akan menemukan bahwa tinggal beberapa saja yang ada disisi kita.

Ujian pemahaman. Ujian pengetahuan. Tentang tabiat jalan ini. Tentang siapa yang kelak akan terus bertahan. “Banyak orang yang memiliki akal tapi hanya sedikit yang mempelajari Al Qur`an. Dari sedikit itu, hanya sedikit yang mengamalkannya. Dari sedikit itu, hanya sedikit yang mendakwahkannya. Dari sedikit itu, hanya sedikit yang bersabar. Dari sedikit yang bersabar, hanya sedikit yang sampai keujungnya” Kata Hasan Al Banna. Itu hakekatnya. Satu persatu orang akan terseleksi. Tertinggal oleh kereta dakwah. Karena tak mampu bertahan.

Kita semua yang berjalan dijalan ini memang tidak pernah aman. Bahwa kelak mungkin kita akan tersisih. “ Ya Allah kuatkanlah aku di atas jalan agama-Mu ini” kata Rasulullah. Itulah gambarannya. Bahwa kita memang harus terus mencari apa saja yang bisa membuat kita tetap terus berjalan di atas jalan ini. Hingga kita menemui ujung jalan ini atau kembali ke syurga-Nya.

readmore »»ǴǴ

Kisah Cinta Para Pahlawan

Oleh : Arif Atul Mahmudah


Ini kisah tentang cinta.

Dalam bingkai hidup pahlawan. Kita kagum kepada mereka. Kita memang kagum kepada mereka. Karena mereka pahlawan. Hadir dalam panggung sejarah. Memberi tanpa henti. Kontribusi yang tak pernah henti. Melakukan pekerjaan besar ditengah situasi yang begitu sulit. Ketika tak seorang pun peduli. Karena memang mereka memiliki sisi kehidupan yang luar biasa. Dalam kaca mata manusia biasa. Merekalah adalah manusia yang telah melakukan kerja besar. Terhimpun dalam pribadinya banyak sisi yang agung dan kita kagumi.


Tapi, satu sisi yang sering dan mungkin juga tidak pernah dipedulikan. Satu sisi kepribadian, dalam pribadi agung pahlawan. Itulah sisi cinta. Cinta yang begitu agung. Cinta kepada misi besarnya. Cinta kepada semangat kontribusi tanpa henti. Cinta kepada kerja keras sampai kerja dan misinya tuntas. Dalam semua bingkai pribadi pahlawan yang pernah tampil dalam panggung sejarah, mereka telah mengukir prestasi agung, karya yang tidak dikerjakan oleh manusia biasa.


Tapi ada satu sisi dari sekian banyak sisi cinta dalam pribadinya. Cinta pada wanita. Mereka, para pahlawan. Dalam mengukir karya besar dalam mozaik sejarah peradaban. Ternyata para pahlawan juga menghadapi satu situasi jiwa ini. Ternyata mereka memiliki sisi ini. Tapi ini fitrahnya. Dari sana memang mereka diciptakan. Dari perpaduan dua cinta, laki-laki dan perempuan.. Sisi inilah yang kadang menjebak pahlawan. Ditengah luka-luka dalam perjuangan mereka. Cinta Wanita. Untuk kembali turun kebumi. Berhenti memyelesaikan karya agung yang sedang ia kerjakan. Itulah godaannya. Tapi, pahlawan mukmin sejati, tetap bisa bertahan dalam situasi ini. Itu memang fitrah, tapi mereka selalu berkata “ ini ujian bagi pahlawan.”


Ada hal yang memang tidak diketahui oleh para pemuja pahlawan. Sisi ini, cinta pada wanita. Hal agung yang tidak di ketahui para pengagum. Mereka, pra pahlawan mukmin sejati selalu mampu bertahan dari godaan ini, bahkan dalam benturan kejiwaan yang begitu lama oleh syahwat ini. Melawan semua jenak-jenak jiwa yang terusik oleh syahwat. Menepis semua bisikan untuk jatuh kedalam cinta yang rapuh ini Karena itulah, para pahlawan mukmin sejati adalah para pecinta sejati dalam bingkai cinta agung kepada Sang Pencipta.


Mereka juga memiliki semangat mencinta yang agung. Semangat kontribusi dalam bingkai cinta misi, kata Anis Matta. Itulah sebabnya para pahlawan mukmin sejati, selalu memiliki semangat besar untuk terus memberi, memberi apa yang mereka miliki. Karena mereka memang kaya. Kaya akan cinta. Kaya akan perhatian. Untuk terus memberi dalam situasi apapun. Itulah mereka, para pahlawan itu. Tidak peduli seberapa banyak cinta yang mereka terima sebagai balasan. Yang pasti, mereka akan terus memberi.


Mereka, para pahlawan. adalah pecinta sejati. Bukan Romeo dan Juliet. Bukan Rama dan Shinta. Atau kisah Laila Majnun. Tapi merekalah yang terus menghiasi bumi ini dengan cinta. Memberikannya kedamaian. Bahkan ketika mereka telah kembali kepangkuan Sang Pencinta Sejati. Ruh cinta mereka masih terasa segar di bumi. Dalam alam manusia. Karena memang cinta mereka abadi. Terus mengiringi dan menaungi para pecinta setelah mereka. Para pahlawan setelah mereka. Karena itulah mereka selalu dikenang. Meskipun jasad pahlawan tak lagi berbentuk.

readmore »»ǴǴ