dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. sepertinya keempat rukun ini yakni iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda.
Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan.
Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya.
Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya
Mereka adalah gelora semangat, perjuangan, dan pembebasan. Adalah tentang cerita kepahlawanan dalam kata yang terwakili oleh kata ini “pemuda”. Pemuda dengan segala defenisi positifnya. Keyakinan dan iman yang kuat, kejujuran,untuk tulus bekerja. Ikhlas dalam beramal. Semangat dalam amal dan penuh dengan pengorbanan.
Realitas jatuh bangunnya sebuah bangsa juga, sebagian ukurannya disini. Bangsa-bangsa besar dalam realitas kebangunannya pasti tidak bisa dipisahkan dari peran mereka, pemuda. Menoleh ke belakang pada sejarah bangsa ini, Indonesia. Ada nama-nama besar yang memainkan peran strategis dalam setiap momentum perjalanan bangsa ini. Soekarno, Hatta, Soedirman, dan sebagainya. Momentum sumpah pemuda, Momentum Proklamasi semuanya adalah simbol gelora semangat pemuda. Juga kita tidak akan melupakan satu momentum bersejarah bangsa ini ketika tahun 1998 kejatuhan rezim orde baru. Otak gerakannya adalah pemuda. Pemuda yang sedang dibangkitakan untuk memikul beban pembebasan umat dari tirani.
Maka, setiap ideologi. Komunis, kapitalis dan bentuk paham apapun itu namanya, tidak akan pernah melepaskan kata pemuda untuk memainkan peran–peran strategis untuk perjuangannya. Ideologi-ideologi itu tumbuh subur. Mekar dan menemukan karakter sejatinya ketika menyatu ajeg dengan jiwa pemuda.
Allah SWT memberikan penghargaan dan apresiasi secara khusus. Pemuda, dalam surat Al Kahfi (ayat 14), iman yang kuat, keteguhan hati, deklaratif. Dia menjelaskan tentang karakter mereka. Tentang sifat-sifat mereka. “berikan saya 12 pemuda maka akan saya guncangkan dunia” kata Soekarno. Atau seperti Umar bin Khatab ”setiap kali saya menghadapi masalah-masalah besar maka yang pertama kali saya panggil adalah pemuda”
Saya tidak terlalu memusingkan tentang beban berat yang sedang dirasakan bangsa ini. Bangsa ini memang sedang berada dalam sebuah simpang sejarah. Sejarah yang sulit. Tapi itu juga realitas bangsa-bangsa besar yang saat ini ada. Ditengah perjuangan untuk mengembalikan hak-hak negeri yang terampas, tanah air yang terjajah, kebebasan dan kemulian yang hilang. Saat itulah karakter ini di uji. Tentang apa ia karakter itu kita miliki. Tentang apakah kita rela berbuat untuk bangsa ini lebih banyak dari pada berbuat untuk diri sendiri. Karena ketika Allah ingin mentakdirkan kita menjadi orang besar, adalah suatu hal yang niscaya bahwa beban dan tantangan yang harus kita pikul juga adalah berat.
Beranjak dari sini , maka sesungguhnya banyak kewajiban yang harus kita tunaikan, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat hak-hak umat yang harus ditunaikan dan semakin berat amanat yang terpikul di pundak. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat.
Oleh karena itu, kedua mata kita pun terbuka di hadapan sebuah umat yang terus berjihad dan berjuang untuk mendapatkan kembali hak dan kebebasan yang terampas. Bersiap-siaplah wahai tokoh, alangkah dekatnya kemenangan itu, dan alangkah besarnya keberuntungan bagi para aktifisnya yang tak pernah berhenti berjuang.