Apakah kasus penyerangan "Kantor Majalah Satire Cahrlie Hebdo di Paris" ini akan "merusak cintra Islam"??
Saya mengatakan: "dampaknya akan kecil, terhadap perusakan cintra islam". Meskipun kasus ini, kesalahan berpikir para penyerang tersebut, tentu membuat "para pembenci islam" sedikit bisa tersenyum.
Mengapa? Karena dasar filsafat hidup orang-orang eropa/barat itu adalah "rasionalitas", mereka terlalu rasional. Isu yang mereka terima tidak otomatis mereka terima sebagai kebenaran.
Hal sebaliknya justru terjadi pada sebagian (mungkin banyak) muslim, yang aspek "emosi" mereka terlalu dominan. Itulah sebabnya, mereka mudah marah ketika "simbol-simbol agama" mereka dihina. Semangat ini bagus saja, tapi mungkin perlu dikoreksi lebih jauh.
Saya termasuk orang yang meyakini, bahwa islam ini, di era ini, akan dimenangkan dengan "kemenangan pemikiran", saya selalu menyebutnya dengan "kontestasi ide". Islam tidak akan dimenangkan dengan "tembak-tembakkan", Hujat-hujatan.
Seharusnya dasar ilmiah ini perlu kita ingat baik-baik:
1. Pasca penyerangan WTC, dengan menyematkan "teroris islam", justru orang-orang Eropa makin banyak yang masuk islam, padahal isu negatif terhadap islam begitu masif. Kenapa? karena orang2 eropa terlalu rasional untuk mengukur nilai kebenaran suatu peristiwa
2. Sekarang ini, ketika beberapa kalangan berupaya mengidentikkan "islam sebagai teroris", justru orang-orang eropa yang masuk islam semakin banyak.
3. Atau ketika beberapa kartunis eropa, membuat karikatur yang menghina Rasulullah, orang-orang eropa justru penasaran dengan "sosok Muhammad", mereka mencari informasi tentang beliau, hasilnya? tidak seperti apa yg digambarkan para kartunis itu. Beberapa dari mereka pun akhirnya memilih islam.
Orang-orang islam perlu mengingat dengan sungguh-sungguh nasehat Dr. Yusuf Qaradawy ini: "Romawi ke-2 (Roma) akan dibebaskan dengan lisan"...
Jika umat islam ingin mempercepat laju penguasaan hati manusia,memenangkan gagasan islam, mereka harus belajar dan mengoreksi diri. Khususnya beberapa kalangan yang selalu "mendahulukan kekerasan" untuk menyampaikan kebenaran yang mereka yakini. Dan memulai gagasan tentang "adu gagasan" dengan aliran-aliran pemikiran yang saat ini ada.
readmore »»ǴǴ
Saya mengatakan: "dampaknya akan kecil, terhadap perusakan cintra islam". Meskipun kasus ini, kesalahan berpikir para penyerang tersebut, tentu membuat "para pembenci islam" sedikit bisa tersenyum.
Mengapa? Karena dasar filsafat hidup orang-orang eropa/barat itu adalah "rasionalitas", mereka terlalu rasional. Isu yang mereka terima tidak otomatis mereka terima sebagai kebenaran.
Hal sebaliknya justru terjadi pada sebagian (mungkin banyak) muslim, yang aspek "emosi" mereka terlalu dominan. Itulah sebabnya, mereka mudah marah ketika "simbol-simbol agama" mereka dihina. Semangat ini bagus saja, tapi mungkin perlu dikoreksi lebih jauh.
Saya termasuk orang yang meyakini, bahwa islam ini, di era ini, akan dimenangkan dengan "kemenangan pemikiran", saya selalu menyebutnya dengan "kontestasi ide". Islam tidak akan dimenangkan dengan "tembak-tembakkan", Hujat-hujatan.
Seharusnya dasar ilmiah ini perlu kita ingat baik-baik:
1. Pasca penyerangan WTC, dengan menyematkan "teroris islam", justru orang-orang Eropa makin banyak yang masuk islam, padahal isu negatif terhadap islam begitu masif. Kenapa? karena orang2 eropa terlalu rasional untuk mengukur nilai kebenaran suatu peristiwa
2. Sekarang ini, ketika beberapa kalangan berupaya mengidentikkan "islam sebagai teroris", justru orang-orang eropa yang masuk islam semakin banyak.
3. Atau ketika beberapa kartunis eropa, membuat karikatur yang menghina Rasulullah, orang-orang eropa justru penasaran dengan "sosok Muhammad", mereka mencari informasi tentang beliau, hasilnya? tidak seperti apa yg digambarkan para kartunis itu. Beberapa dari mereka pun akhirnya memilih islam.
Orang-orang islam perlu mengingat dengan sungguh-sungguh nasehat Dr. Yusuf Qaradawy ini: "Romawi ke-2 (Roma) akan dibebaskan dengan lisan"...
Jika umat islam ingin mempercepat laju penguasaan hati manusia,memenangkan gagasan islam, mereka harus belajar dan mengoreksi diri. Khususnya beberapa kalangan yang selalu "mendahulukan kekerasan" untuk menyampaikan kebenaran yang mereka yakini. Dan memulai gagasan tentang "adu gagasan" dengan aliran-aliran pemikiran yang saat ini ada.