Sabtu, 26 November 2011

Tradisi Ilmiah

Ahad, 11 Juli 2010

Dalam sebuah pertemuan para penanggung jawab dakwah. Muncul satu diskusi tentang dasar pertimbangan penentuan model pelaksanaan beberapa program dakwah yang akan dieksekusi di lapangan. Termasuk kebijakan-kebijakan lain secara umum dalam dakwah. Dalam diskusi, ditentukanlah dan ditetapkan satu model kegiatan yang begitu perfect. Dengan satu model pelaksanaan yang sangat ideal dan memang sangat menjanjikan. Bahwa hasil akan dicapai bisa maksimal bagi pemenuhan target-target dan tujuan pelaksanaannya.

Tapi ada yang missing dari kebijakan yang telah kita tetapkan. Pertanyaan ini yang belum bisa dijawab dengan baik: seberapa mampukah dan seberapa efektifkah strategi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan konsep ideal yang ada?

Kebijakan-kebijkan yang kita tetapkan dalam dakwah haruslah dapat dijelaskan secara rasional. Kebijakan yang kita ambil untuk merespon realitas lapangan dakwah haruslah mampu menggabungkan dua nilai sekaligus. Nilai kebenaran dan nilai ketepatan. Kebenaran menjelaskan tetang kebijakan yang kita ambil benar secara manhaj dan ketepatan menjelaskan tentang kebijakan yang telah kita ambil bersesuaian dengan realitas internal dan realitas eksternal dakwah.

Kebenaran dan ketepatan dalam merespon realitas dakwah sangat ditentukan oleh satu kompetensi yang kita sebut dengan tradisi ilmiah. Inilah yang terkadang kita lupakan jika tidak bisa dikatakan terlalu sering kita abaikan.

Tradisi ilmiah sesungguhnya berasal dari kemampuan untuk menilai dan menganalisis realitas internal dan realitas eksternal. Realitas internal menjelaskan segala kekurangan dan kekuatan yang dimliki oleh harokah dan kader harokah. Sedangkan realitas eksternal menjelaskan tentang seberapa besar hambatan dan peluang-peluang yang ada di lapangan amal.

Karena tentu saja kita tidak ingin melakukan dan menetapkan satu kebijakan dakwah di tengah situasi yang begitu besar ruang ketidakpastiannya tanpa di bangun di atas dasar rasionalisasi yang kuat, yang mampu menjelaskan bahwa kebijakan yang kita ambil untuk dilaksanakan tidak hanya mengandung nilai kebenaran tetapi juga mengandung dengan nilai ketepatan (Waqi)

Rasulullah SAW mengatakan: “Allah SWT merahmati orang yang mengetahui kapasitas dirinya.” Pernyataan ini menjelaskan kepada kita tentang pentingnya memahami kapasitas diri. baik kapasitas internal harokah maupun kadernya secara keseluruhan. Pemahaman yang baik tentang diri ini, akan mampu menempatkan kader dan diri harokah pada sikap-sikap yang benar. Bahwa kebijakan yang telah diambi tidak lebih rendah dari kemampuannya. Juga, tidak melebihi kapasitas yang dimilikinya.

Tradisi ilmiah merupakan suatu kebijakan yang menjelaskan bahwa setiap sikap dan kebijkan yang kita tetapkan harus dibangun di atas basis data yang kuat. Data tentang realitas internal dan realitas eksternal.

Memang. Dalam kenyataannya tidaklah menjadi mustahil bahwa hal besar yang akan kita tetapkan dapat dengan mudah untuk kita capai. Tapi jika obsesi yang kita tetapkan itu terlalu tinggi sementara kapasitas internal yang kita memiliki tidak memenuhi syarat, maka secara matematis target tersebut sangat sulit tercapai. Karena adanya jurang pemisah di sini. Jurang pemisah yang membentang antara kapasitas internal dan realitas sosial yang kita inginkan.

Jurang pemisah inilah yang harus diatasi dan dicarikan solusi. Membuat jembatan penguhubung antara target realistis sesuai dengan kondisi internal dan internal kita. Maka yang perlu kita lakukan adalah menetapkan target sederhana dan realistis jika kita tidak bisa mengupgrade kapasitas dan menghilangkan hambatan internal dalam waktu singkat. Tapi mungkin sebagai pekerja proyek peradaban, sifat sepert ini kurang baik untuk dipertahankan karena mentarlitas seperti ini adalah mentalitas orang-orang yang kalah dan lemah.

Maka kita memang perlu membuat target itu sebesarnya-besarnya lalu menghitung seberapa lebar jurang pemisah yang ada yang dapat menghambat pencapaian tujuan. Kondisi yang kedua inilah yang diselesaikan dengan mengupgrade kapasitas internal dan menghilangkan hambatan eksternal kita.

Up grade kapasitas internal dapat dilakukan dalam satu program yang terencana, baik itu dari kapasitas organisasi maupun kader harokah. sedangkan hambatan ekseternal dapat dihilangkan dengan kemapuan strategi yang baik terutama para qiyadah harokah terutama melalui proses belajar yang tidak pernah boleh berhenti. Setiap peristiwa dan pengalaman yang melingkupi kita di lapangan dakwah adalah pelajaran berharga yang dapat kita jadikan sumber pelajaran untuk menata organisasi ini menjadi lebih kuat dimasa depan. Agar kebenaran yang kita bahwa ini dapat diterima dengan baik oleh setiap orang. Dari kelompok manapun dia. Dan dengan ideologi apapun dia hidup. “karena kelemah lembutanmu dalam menyampaikan kebenaran itu. Maka musuh-musuh dakwah ini menganggapmu sebagai teman yang sangat baik”.

Sedangkan secara eksternal, masyarakat perlu kita kondisikan agar mereka mampu menerima nilai-nilai baik yang kita bawa. Melalui proses pembauran, menjadi bagian dari mereka. Dan pada saat yang sama kita mendidik mereka, tak sekadar membantu mereka, tapi mendorong mereka untuk secara mandiri menata hidup mereka menjadi lebih baik. Inilah yang kita harapkan. Bahwa hasil-hasil penataan pribadi-pribadi muslim, harus lebih berdaya, untuk melakukan proses perubahan dalam skala yang lebih besar. Masyarakat. Agar nilai-nilai kebaikan ini mendapatkan dukungan yang kuat dari masyarakat. Wallahualam

readmore »»วดวด