Sampai juga akhirnya cahaya ini kepada kita. Ini karena siapa? coba jawab? Coba katakan padaku? Siapa mereka itu?. Hei....darah mereka, nyawa mereka, telah mereka serahkan untuk cita-cita hidup mereka. dengan perjuangan penuh darah, dengan pengorbanan seluruh apa yang ada pada mereka. (lihat Q.S. At Taubah:111) - mudah-mudahan anda sudah pernah baca, minimal terjemahannya-. Coba perhatikan.
Coba renungkan apa yang telah mereka korbankan? Harta, Nyawa? Lalu kita...Mereka sudah menyambung estafet perjuangan sang Guru. Itu...Guru yang selalu engkau sebutkan namanya dalam tiap shalatmu. Guru yang....aaaah mungkin juga engkau belum tahu banyak tentang dia...seperti banyaknya pengetahuanmu tentang berita terpanas tentang skandal dan kasus perceraian artis itu....atau sampo dan handbody apa yang terbaru...atau model pakaian apa yang lagi tren....bagaimana caranya hilangin ketombe....
Sekarang, coba baca ulang lagi ayat itu, apa yang anda baca?? mengerti tidak apa maksudnya? Iya saya tahu, anda bukan ahli tafsir, sama dengan saya. Tapi, tahu tidak apa maksudnya? Hei...Coba buka perhatikan lagi...orang yang telah menjual harta dan diri mereka untuk surga....Sudah mengerti? Belum juga. Astaghfirullah, Coba baca ayat selanjutnya. Itulah mereka...orang-orang itu tadi yang disebutkan di ayat sebelumnya.
Sekarang...berapa kriteria itu yang telah anda penuhi...itu perdagangannya. Kenapa? Ngerii yaa...karena mereka berperang hingga mereka terbunuh atau membunuh....takut ya....yah kalo mental mu memang segitu, sudahlah....jangan banyak ngomong tentang kebangkitan...tidak usah menuntut keadilan...
Kalau mau di tanya tentang bagaimana hubungan antara beban dakwah dengan usia kita dalam dakwah mungkin kalimat "Jalan Dakwah, Bukan Bus Kota" cukup bisa mewakilinya.
Detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun terus berlalu, tak kita sadari mungkin usia kita dalam dakwah ini sudah dalam hitungan tahun atau mungkin lebih. Seiring pergantian waktu, semakin lama usia kita di dalam dakwah ini, maka kita akan menyadari satu hakekat bahwa beban-beban yang akan kita pikul dalam dakwah ini semakin lama tidak berkurang tapi malah semakin berat dan bebannya terus bertambah.
ketika berada dijalan dakwah ini, kita tidak sedang seperti mengendarai Bus, dimana penumpang yang akan kita temui sepanjang perjalanan ada yang naik dan ada yang turun. Jadi bebannya kadang banyak dan kadang sedikit.
Tapi, dalam dakwah, beban yang kita akan pikul sepanjang perjalanan menuju terminal tujuan dakwah ini beban-bebannya terus bertambah dan tidak berkurang sama sekali. Beban - beban amanah yang kita emban yang begitu banyak, di tambah dengan kebingungan-kebingungan yang akan kita alami selama perjalanan, sebenarnya akan menjadi tumpukan beban pada setiap penempuh jalan ini
Tersenyum ia sambil berjalan, entah kemana ia menuju. sesekali ia tersenyum, entah apa yang ia senyumi. Tubuhnya basah, rambutnya basah, ia berjalan di bawah derasnya hujan sepanjang jalan malino.
Usianya masih muda, mungkin baru 20-an tahun, tubuhnya memang tidak kekar tapi dari pancaran mata dan senyumannya ia menyimpan sebuah optimisme. Entah, sudah berapa lama ia berjalan. Tapi, melihat jejaknya dan kotor kain yang ia pakai, terlihat jelas ia telah cukup lama berjalan.
Ia tersenyum lagi, sambil menggenggam jemari tanganya ia terus mengayuh langkah. Ditengah deru dan derasnya hujan ia terus berjalan. Optimisme di hatinya masih jelas terpancar dari binar mata dan langkah-langkah yang terus ia ayunkan.
Dialah pemuda itu, dialah yang kelak akan hadir di panggung sejarah bangsa ini, untuk mengatakan dan meneriakan lantang kepada bangsanya bahkan dunia. Bahwa hidup ini harus selalu di penuhi optimisme tinggi. Bahwa harapan akan hari esok yang lebih baik adalah pasti. Bahwa di tengah bangsa yang sedang sekarat dan penuh dengan luka ini, ia ada, pemuda ini ada untuk menjadi pilar kebangkitan bangsanya. Bahwa ia bisa, dan ingin berkata kepada yang lain, kepada setiap orang yang di temuinya sepanjang jalan malino.
* Di Inspirasi dari Diskusi Pengurus KAMMI Unhas terkait tema yang sama
”Janganlah orang-orang kafir itu berpikir bahwa mereka dapat mendahului Allah...”
Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat ternyata berdampak besar terhadap kondisi perekonomian global. Hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat realistis sebab Amerika Serikat adalah sentral perekonomian dunia. Menurut Kompas penyebab dari krisis yang dialami oleh Amerika Serikat ini adalah adanya penumpukan hutang nasional yang mencapai 8.89 triliun US Dollar, pengurangan pajak korporasi, pembengkakan biaya perang Irak Afganistan dan yang paling krusial adalah Subprime Mortgage : kerugian surat berharga property yang berimbas pada bangrutnya Lehman Brothers, Merryl linch, Goldman Sachs, Northern Rock, UBS dan Mitsubishi
Masih hangat dalam ingatan kita bahkan dampak krisis tahun 1997 yang kita alami, secara khusus di Indonesia masih kita rasakan. Di mana negara-negara dikawasan Asia dihadapkan pada sebuah krisis parah yang kemudian menghancurkan kondisi perekonomiannya pada era tersebut. Kecuali beberapa negara semisal Malaysia yang meskipun mengalami dampak yang sama akibat krisis tersebut namun mereka dapat segera bangkit secara ” mandiri”. Krisis global yang kita alami saat ini sesungguhnya kurang lebih sama dengan yang terjadi pada tahun 1997. Betapa tidak dampak krisis yang melanda Amerika ternyata berdampak juga terdapat seluruh kawasan tak terkecuali di Indonesia.
Ada begitu banyak dampak yang di alami oleh negara-negara yang memiliki ketergantungan besar terhadap Amerika. Di Indonesia misalnya kita sudah banyak menyaksikan di media dampak krisis yang sekarang melanda dunia antara lain Nilai tukar rupiah yang melemah bahkan melebih Rp. 12.000 per USD Amerika, PHK yang terjadi secara besar-besaran, Banyaknya perusahan-perusahan dalam negeri yang mengalami kebangkrutan/gulung tikar. Dan pasar Saham yang mengalami penurun transaksi. Bahkan pada beberapa bulan lalu kita juga menyaksikan bahwa Bursa Efek Jakarta pernha ditutup beberapa hari sebagai respon terhadap krisis tersebut.
Krisis Ekonomi Amerika Serikat, Awal kehancuran Amerika Serikat?
Berbicara tentang apakah krisis ini adalah awal kehancuran Amerika, tentu saja belum tepat untuk mengambil kesimpulan seperti ini sebab banyak hal yang perlu kita perhatikan. Salah satunya kita melihat kembali sejarah, akar Kapitalisme itu sendiri dan sejarah bagaimana awal lahirnya Amerika sebagai super power.
Kalau kita berbicara tentang materialisme maka kita akan menemukan akan menemukan fakta sejarah bahwa pernah ada dua isme besar sebagai sayap materialisme yang pernah hadir dalam panggung sejarah dunia yaitu sosialisme dan kapitalisme. Uni Sovietdengan Sosialismenya dan Amerika serikat dengan kapitalismenya. Dalam proses perjalananya dua sayap materialisme ini senantiasa bersaing untuk eksistensinya. Pasca keruntuhan Uni Soviet tentu saja satu-satunya kekuatan besar yang menguasai dunia adalah Kapitalisme dalam hal ini adalah Amerika Serikat. Kemudian Amerika menjadi negara super power yang memiliki pengaruh besar pada kondisi politik global, tak terkecuali dalam bidang ekonomi.
Namun, belakangan kita juga melihat bahwa kekuatan ekonomi Amerikadihadapkan pada sebuah kondisi dimana pada tahun 2008 ini mungkin menjadi masa kritis bagi Amerika karena mengalami krisis yang cukup parah, sehingga sebagian kalangan berpikir bahwa krisis ini adalah awal kehancuran dari kapitalisme Amerika Serikat. Pandangan ini mungkin saja bisa benar dan bisa juga salah.
Kalau kita menelaah lebih jauh maka kita akan menemukan satu fakta bahwa krisis ini tidak terjadi secara alami tetapi dibuat secara sengaja. Dengan posisinya sebagai negara superpower termasuk dibidang ekonomi, sangat realistis jika dalam situasi krisis seperti saat ini Amerika Serikat-lah yang paling mampu bertahan. Krisis yang terjadi tidak secara alami sesungguhnya akan dapat menyebabkan banyak perusahaan strategis dengan sasaran utamanya wilayah Eropa (uni eropa) mengalami kebangkrutan atau gulung tikar dan yang paling bisa membelinya kembali adalah Amerika Serikat. Maka tentu saja krisis ini adalah langkah awal untuk semakin menguatkan cengkramannya terhadap dunia.
Mungkin kita akan bertanya-tanya, bagaimana bisa sebuah krisis menjadi awal lahirnya Amerika Serikat sebagaisatu-satunya kekuatan dunia?
Jawabannya sederhana yaitu krisis ini adalah langkah awal penjajahan ekonomi Amerika Serikat dengan menancapkan kekuatan ekonomi di negara-negara lain yang kelak akan menjadi negara satelit Amerika. Kita kembali melihat sejarah Perang Dunia II. Pasca kemenangan Amerika Serikat pada perang dunia II,negara-negara seperti Jepang, Taiwan,”dihidupkan kembali” oleh Amerika Serikat dalam bentuk bantuan ekonomi-mungkin termasuk yang dialami Indonesia sekaran-. Sehingga secara tidak langsung Amerika Serikat memiliki kekuatan dan pengaruh besar terhadap negara tersebut karena adanya budi yang telah mereka tanamkan termasuk utang-utang dalam bentuk pinjaman dari negara-negara tersebut.
Dengan cara seperti ini, maka kawasan lainnya (Eropa kemungkinan menjadi sasaran krisis yang dibuat tidak alami ini)-setelah Kawasan Asia berhasil ”dikuasai” pasca krisis Ekonomi tahun 1997- akan mengalami dampak resesi ekonomi global ini. Dan dengan logika tadi, ekonomi Eropa akan kembali ”dihidupkan” dan menjadi negara satelit bagi Amerika Serikat.
Krisis Global adalah Awal Semakin Menguatnya Kapitalisme Amerika Serikat
Maka Krisis ekonomi global yang di alami oleh dunia saat ini sesungguhnya adalah sebuah upaya yang sengaja dilakukan untuk semakin menguatkan power Amerika Serikat terhadap dunia. Dan ini adalah awal untuk tampilnya Amerika sebagai negara Kapitalis besar, sebagai satu-satunya negara superpower di Dunia. Dimana setelah kebangkrutan ekonomi oleh negara-negara secara khusus di Eropa, Amerikalah yang akan kemudian tampil ”sebagai pahlawan” untuk menyelamatkan.
Seorang analis mengatakan bahwa berdasarkan perspektif bagaimana Allah memberlakukan takdir-takdirnya bahwa awal kehancuran Amerika Serikat sesungguhnya diawali bukan pada krisis ini, tetapi pada saat Amerika Serikat telah menjadi satu-satunya kekuatan dunia dan akumulasi kezaliman adalah awal kehancurannya. Karena setelah Amerika menjadi satu-satunya superpower dunia maka perlahan-perlahan Amerika Serikat akan terasing sendiri oleh negara-negara lainnya.
Semua kondisi yang kita alami saat ini sesungguhnya adalah sebuah awal bagaimana Allah SWTmulai memberlakukan takdir-takdir-Nya untuk tampilnya kembali kekuatan Islam. Dan kita juga terkadang harus selalu berpikir bahwa semua kondisi, baik itu krisis ekonomi atau apapun namanya adalah tidak lepas dari apa yang disebut sebagai pertarungan peradaban. Maka kita jangan lagi membiasakan diri untuk berpikir kecil dan menjadi orang-orang kecil, tetapi kita harus siap merespon semua kondisi yang ada di sekitar kita termasuk kondisi Global. Wallahu `alam bisawab