Sabtu, 22 November 2008

Sebenarnya Allah menginginkan saya menjadi apa?



Perjalanku sudah hampir separuh, usia yang telah kuhabiskan dengan begitu banyak peristiwa didalamnya, mengantarkan aku pada sebuah masa dimana aku mengenal satu pekerjaan baru dalam hidupku.

Hidup dalam bingkai dakwah adalah hidup yang senantiasa penuh dengan beban perjuangan. Ketika diterpa oleh begitu banyak godaan. Ketika harus berpeluh keringat, air mata dan semua keletihan perjuangan. Selangkah demi selangkah jalan ini aku tapaki. Memang baru memulai, tapi bebannya semakin berat. Semakin lama usia saya di dakwah ini, kok bebannya tidak berkurang, namun semakin bertambah. Lalu aku menyaksikan, ada saja penempuh perjalanan ini yang berkorban apa saja untuk tetap sampai pada jalan ini

Lalu, aku teringat sebuah kalimat dari Hasan Al Banna : "Di dunia ini ada banyak orang yang memiliki akal, tapi hanya sedikit yang mempelajari Al Qur`an. Dari sedikit yang mempelajari Al Qur`an, hanya sedikit yang mampu mengamalkannya. Dan dari sedikit yang mengamalkannya hanya sedikit yang mampu mendakwahkannya. Dari dari sedikit yang mampu mendakwahkannya, hanya sedikit yang bersabar dalam dakwahnya. Dan dari jumlah yang sudah sangat sedikit dalam bersabar di atas jalan dakwah, hanya sedikit yang benar-benar sampai ke tujuan akhirnya"

Kubisiki jiwa ini, ternyata dalam perjalanan yang sudah penuh dengan beban ini, dengan tuntutan pengorbanan yang begitu banyak, tidak satu orang pun yang nyaman dalam menempuhnya. Bahwa, mungkin pada suatu saat kita masih bersama-sama dengan teman-teman dalam perjuangan. Namun, esok harinya sudah ada orang yang berhenti atau menjauh dari barisan ini.

Lalu, kurenungi do`a yang sangat sering dibaca oleh Sang Guru : "ya Allah teguhkanlah aku di jalan dakwah-Mu ini"

Keterlibatan saya dalam proyek besar Allah ini, menyadarkan aku bahwa memang sayal-ah yang membutuhkan dakwah, bahwa saya-lah yang harus meminta kepada-Mu agar punggung ini dikuatkan dalam memikul beban dakwah ini.

Aku juga ingin seperti mereka. Orang-orang yang telah menyampaikan cahaya Islam sampai kepada kita semua hari ini. Meskipun jasad mereka telah hancur ditelan tanah, namun mereka terus menerima pahala dari seluruh amalan kebaikan yang telah mereka lakukan.

Saudaraku... mari... kita rapatkan barisan lagi...kita perkokoh lagi nilai - nilai yang mampu menguatkan hati-hati kita dijalan ini.
readmore »»ǴǴ

Selasa, 18 November 2008

Fenomena “Cinta di Kalangan Aktivis Dakwah”

Oleh : Arif Atul M Dullah / Dikutip dari Buletin Al Firdaus dengan beberapa penyesuaian



Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya.

Merasakan Kerjanya saat ia memindahkan pasir di tengah gurun.

Atau merangsang amuk gelombang ditengah laut lepas.

Atau meluluhlantahkan bangunan-bangunan angkuh

Di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta.

Ia ditakdirkan kata tanpa benda.

Tak terlihat hanya terasa.

Tapi dahsyat”

( Anis Matta)

Ketika Aktivis Jatuh Cinta


Begitulah kira-kira kita menggambarkan defenisi sebuah kata ”Cinta”. Kata yang memiliki makna dalam hidup manusia. Cinta adalah anugerah Allah yang besar. Fenomena jatuh cinta adalah hal yang sangat umum di masyarakat kita, khususnya kaum muda. Mungkin kita adalah salah satu pelakunya. Hal yang mungkin muncul dalam benak kita ketika berbicara tentang aktivis dakwah adalah apa iya, para aktivis dakwah itu juga mengalami yang namanya jatuh cinta?? Atau jangan-jangan mereka lebih parah dari yang lain, orang-orang yang ada diluar aktivis dakwah??


Jatuh cinta merupakan sunatullah. Siapun ia, bisa mengalami kondisi ini. Tak terkecuali orang-orang yang kita kenal dengan nama ”Aktivis Dakwah”. Fenomena ini mungkin juga umum dikalangan aktivis dakwah. Jiwa muda yang penuh dengan gejolak dan semangat, tentu saja sangat rentan degan berbolak baliknya perasaan cinta. Memang tidak ada yang salah.


Akan tetapi, sudah seharusnya, cintanya para aktvisi bukanlah cinta buta yang tidak berdasar. Bukan pula cinta yang membabi buta seperti kehilangan akal sehat. Tetapi, cinta para aktivis seperti ruh orang-orang yang mabuk cinta dijalan Allah. Ketika aktivis jatuh cinta, jiwa dan raganya harus menjadi pengikut setia syariat. Tidak ada tempat bagi unsur-unsur yang merusak. Semuanya harus melebur ke dalam ketaatan dan keingin beramal soleh.

Seorang aktivis tatkala jatuh cinta bukanlah peniupu yang diliputi ketamakan dan kebusukan untuk mengambil kenikmatan tanpa mengikuti aturan syariat. Sebab setiap urusan para pejuang dakwa harus berbuah kebaikan. Termasuk soal cinta. Saat aktivis jatuh cinta, pada hakekatnya ia sedang jatuh cinta pada keindahan ilahiyah. Ia harus beranjak dari egoisme pembangunan unsur diri kepada manfaat bagi umat.


Jangan ada noda di antara aktivis dakwah


Jatuh cinta sebenarnya perasaan. Tempatnya sangat tersembunyi di dalam sanubari. Tatkala ia ada, seluruh anggota tubuh akan memberikan respon terhadapnya. Hingga ilmu terkadang bisa dinomor duakan. Pengetahuan akan batasan bergaul dengan lawan jenis atau bagaimana seharusnya seorang aktivis senantiasa membersihkan jiwanya terkadang tidak mampu melawa rasa cinta itu.


Jatuh cinta bagi para aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rasulullah dan jalam meraih ridho Allah SWT serta kesiapan untuk terjun dalam medan dakwah yang lebih besar. Bukan justru membuat para aktivis berguguran di jalan dakwah. Atau membuat mereka futur.


Betapa Allah sangat memuliakan para penyeru dakwah. Olehnya tidak selayaknya mereka mengotori dakwah ini dengan setitik nila. Menghianati perjuangan ini dengan hawa nafsu sesaat. Dan tentu saja menggoreskan warna hitam dalam lembaran putih dien ini. Hingga nanti terbentuk mozaik hati yang indah, yang mampu memantulkan cahaya matahari dengan sempurna.


Berdakwah kepada lawan jenis


Ini juga merupakan fenomena yang kadang kita temukan, bahkan mungkin keluar dari lisan sang aktivis dakwah.

Universalitas dakwah islam lebih jauh lagi merupakan salah satu segi yang membedakan ajaran Rasulullah SAW, dengan ajaran nabi dan rasul sebelumnya. Termasuk dalam konteks berdakwah, tidak mengenal perbedaan antara jenis kelamin.


Allah berfirman :

”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma`ruf dan mencegah yang mungkar...” (Q.S At Taubah – 71)


Mengomentari ayat ini Ibn An Nahhas dalam kitabnya Tanhibul Ghafilin, menegaskan bahwa penyebutan orang-orang beriman perempuan secara eksplisit dalam ayat ini mengindikasikan wajibnya hukum berdakwah bagi wanita, sebagaiman pria.


Namun dalam tataran teknis dan operasional, berdakwah pada lain jenis perlu untuk memperhatikan rambu-rambu syariatl. Sebab sudah merupakan fitrah bagi keduanya untuk saling tertarik pada lawan jenisnya. Ditambah lagi faktor hawa nafsu dan godaan syaitan yang sangat mungkin mempengaruhi nilai dakwah. Niat awal yang suci luhur bisa berubah keruh dan kotor. Dakwah yang semestinya membawa rahmat dapat berubah menjadi ajang perilaku kemunafikan.


Mengapa Rasa itu Hadir ???


Jatuh cinta adalah jalan yang dapat menggoyahkan pendirian. Ia ibarat lautan yang penuh dengan riak gelombang. Siapa saja yang mengarungi samudera cinta pasti akan dipermainkan oleh riak gelombang.


Ada beberapa alasan, yang menjadi penyebab munculnya perasaan ini dikalangan aktivis dakwah :

  • Mengumbar pandangan mata. Ibnul Qayyim Al Jauziah mengatakan bahwa mata adalah pintu terdekat yang dapat menjerumuskan seseorang pada kemaksiatan. Maka pandangan mata diharamkan kecuali dalam koridor syariat.
  • Lemahnya keimanan dan minimnya pengetahuan yang menjadikan kita menganggap biasa hal yang sebenarnya maksiat.
  • Mendengar perilaku melalui obrolan asyik mengenai ikhwah atau akhwat.
  • dikondisikan dengan lingkungan kita. Misalnya kamu cocok deh dengan ikhwa ini atau akhwat itu.

Ada banyak sarana yang menyebabkan kisah cinta itu tumbuh. Mulai dari seringnya mengadakan musyawarah hingga timbul kekaguman, simpati dan apresiasi terhadap ikhwan maupun akhwat. Atau sekedar saling mengingatkan program kerja melalui SMS. Bisa juga melalui dunia cyber atau chatting. Di sela-sela itulah seruan syaitan kemudian muncul dengan rayuan mautnya, sehinggat terseliplah pesan-pesan pribadi diantara keduanya.


Berdakwah merupakan sebaik-baiknya pekerjaan. Dakwah adalah tugas nabi dan rasul. Akan tetapi jika pekerjaan mulia itu telah ternodai oelh para pengembannya, tentu menjadi sesuatu yang ironi. Bukan saja akan mencoreng pelakunya, tetapi juga agama yang sempurna ini. Ada kasus – kalau kita tidak menyebutnya banyak- kisah kasih sesama aktivis itu dimuali dari ”strategi mengembangkan dakwah” tidak ada tendensi saat awal melakukan ekspansi dakwah. Tapi seiring dengan interaksi yang semaki intens, keberadaan penyakit ini menjadi hal yang sulit dihindari.


Penutup


Semestinya para aktivis dakwah lebih paham apa itu interaksi yang hanif dan tidak. Semestinya, kita lebih paham bahwa kita adalah manusia yang tidak bisa hanya menasehati dan menebarkan kebaikan. namun, kita luruh dari kebaikan itu sendiri.


cinta dan semua hal yang dirasakan manusia tidak bisa hanya diteorikan. Pembuktian ucapan dan keteguhan hati para aktivis dakwah ketika hati tersapa cinta adalah sebuah fase jeda untuk kembali mengingatkan orientasi hidup kita sesungguhnya. Menyelami bahwa sapaan-sapaan rasa adalah ujian maha berat yang menjadikan kita semakin memiliki izzah atau justru melunturkannya.


Jalan dakwah memang bukan jalan yang membuat kita menjadi robot atau rahib. Biarkan saja romantika itu ada dalam ekspresi-ekspresi wajar dan penuh penjagaan diri. Bukan mencari kesempatan dengan cara-cara yang sama dengan kebanyakan orang


Bagaimana mungkin, kita yang setiap saat berupaya menjaga pergaulan binaan kita, ternyata justru melakukan hal-hal yang berlawanan meskipun tidak terlihat. Memang bagaimana lagi?? Jalan ini telah kita pilih sebagai rujukan utama kita melakukan atau tidak melakukannya. Dan kemuliaan Allahlah yang mengangkat kita dari kehinaan. Sedangkan kehinaan dan kelenaan perilaku kita akan meluruhkan izzah jalan dakwah kita. Dakwah adalah jalan yang kita pilih, bukan dakwah yang membutuhkan kita. Tapi, kita yang membutuhkan jalan ini untuk semakin berbeda dalam neyikapi banyak hal termasuk CINTA

readmore »»ǴǴ