Jumat, 23 Oktober 2009

Proses Penjagaan Harakah, Keniscayaan Dalam Perjalanan Sebuah Gerakan

Makassar, 6 oktober 2009

Oleh Arif Atul M Dullah

“ Saat ini kalian belum berjalan pada jalan dakwah sesungguhnya, kelak ketika mereka mulai memahami dakwah kalian pasti mereka akan melakukan semua upaya untuk memusuhi kalian, di saat itulah kalian mulai melalui jalan dakwah sesungguhnya {Hasan Al Banna}”

Merefeleksi Sirah dan mempelajari Fiqh Siroh akan memberikan gambaran yang begitu jelas bagi kita tentang tabiat dakwah dan tahapan-tahapannya. Begitu banyak nilai, begitu banyak pelajaran yang harusnya bisa kita jadikan pelajaran khususnya bagi mereka-mereka yang meniti jalan dakwah dan hidup untuknya.

Ada fenomena yang kontradiktif kita temukan disebagian kalangan aktifis dakwah. Ada sebuah ketidak nyambungan antara idealisme dan cita-cita yang sedang ingin mereka bangun dengan sarana yang untuk mencapai tujuan mulia itu. Ada sebuah sikap “gagap” ketika ingin agar semua manusia menjadikan islam sebagai literatur hukum yang mengatur keseluruhan hidup mereka.

Mereka ingin mewujudkan tegaknya aturan-aturan Allah dimuka bumi, tapi mereka hanya mengatakan dengan dakwah saja, menyeru manusia untuk tunduk kepada syariat Allah swt. Ini adalah sebuah kegamangan cita-cita. Luhur memang cita-citanya. Tapi idealisme seperti ini hanyalah sebuah idealisme yang dibangun diatas dasar kepasrahan tanpa kemampuan mendefenisikan cita-cita itu.

Sirah nabawiah adalah sumber pelajaran besar yang mampu memberikan gambaran bagaimana sebuah cita-cita seperti itu harusnya diwujudkan.

Kalau kita membuka sirah nabawiah dan memahaminya dengan detil maka kita akan menemukan sebuah desain perencanaan dan strategi dakwah Rasulullah saw untuk melakukan sebuah transformasi dakwah menjadi sebuah institusi untuk menjamin kelangsungan dakwah ketika tekanan-tekanan Quraisy berupa pengusiran dan bahkan ancaman pembunuhan kepada para Sahabat dan Rasulullah SAW terjadi.

Kita tahu bahwa sekitar tahun kesepuluh kenabian, 2 pelindung utama Rasulullah wafat. Khadijah r.a dan paman beliau SAW, Abu Thalib. Acaman penyiksaan dan pembunuhan terus mengintai para Sahabat. Sampai kita tahu dalam tahun-tahun menjelang hijrah ini, tertumpahlah darah syahidah pertama Islam, yaitu Ibu Amr bin Yasir.

Karena saat itu aktivitas harakah sudah mulai terancam, maka sebuah upaya ekspansi dakwah harus sudah mulai dipikirkan, untuk membangun basis baru, komunitas islam di luar Mekkah. Lalu kondisi ini mendapatkan momentum terbaiknya dengan masuknya 6 orang tokoh Khazraj untuk menyebarkan Islam kepada kaum mereka. Dan momentum ini seperti yang di catat oleh syaikh Muhammad Munir Al Gadbhan, dalam Sirah Nabawiyah menjadikan islam itu ada pada setiap rumah di Madinah. Tidak ada satupun rumah di Madinah kecuali di dalamnya di bicarakan tentang Islam dan Rasululllah. Inilah awal proses transformasi islam menjadi sebuah Negara.

Maka, sebuah cita-cita besar yang saat ini sedang kita bangun dan kita rasakan hari ini tanpa tekanan, tanpa ancaman pembunuhan, kelak akan melalui dan merasakan tabiat jalan ini. Sehingga cita-cita yang sedang dibangun dan tumbuh ini, juga harus dipahami bahwa tidak selamanya kondusif akan terus berjalan seperti hari ini.

Memang karena baru tumbuh, maka orang-orang yang tidak pernah mau melihat islam ini tumbuh besar belum merasa keberadaan kita hari ini mengancam kepentingan-kepentingan mereka sehingga relative bersahabat dengan kita. Aktivis yang merasa bahwa dakwah sudah cukup dengan teriakan ceramah tanpa memikirkan untuk menciptakan ruang yang aman untuk berdakwah, sangat mungkin dakwah yang mereka bangun tidak akan tumbuh menjadi besar. Dan seandainya pun tumbuh besar, maka mereka akan segera mendapatkan ancaman pembumihangusan dari musuh-musuhnya.

Jadi membangun idealismE itu tidak pernah bisa hanya dengan ide “mengajak” orang berislam dengan baik tanpa pernah memikirkan untuk menjadikan dakwah sebagai sebuah legalitas. Dan legalitas ini hanya bisa dilakukan ketika kita menjadikan diri harakah itu sebagai harakah legal-formal.

readmore »»ǴǴ

UNTUKMU YANG TURUN KE JALAN

Makassar, 7 Oktober 2009

Untukmu yang turun ke jalan
meneriakkan jeritan anak-anak manusia
jeritan yang tak pernah bergaung
ditengah angkuhnya gedung-gedung birokrat

untukmu yang turun ke jalan
memilih berpeluh keringat
di tengah sejuknya AC ruang-ruang kuliahmu
ketika mereka enggan turun kejalan

kau lukis setitik harapan
di tiap lembar hari
bagi mereka anak-anak manusia
yang hidup dalam belenggu tirani

kini....
di tengah deru perjuanganmu
ku tempuh jua jalan perjuanganku
jalan juang itu kini berbeda
fisik tak lagi bertemu fisik, sepertimu
fisik tak lagi bertemu pentungan para polisi

tapi....
jalan juang ini dibangun diatas idealisme yang sama,
kini jalan juang ini tak lagi menapaki jalur jalan sepertimu
fisik tak lagi bertemu fisik
fisik tak lagi bertemu pentungan para polisi

untukmu yang turun ke jalan
kini idealisme di dadaku masih sama sepertimu
hanya, perjuangan itu ada tahapnya
hanya, zaman itu butuh model juang yang berbeda
itu caramu....seperti saat itu...aku juga sepertimu

untukmu yang turun kejalan
teriakkanlah suara anak-anak manusia itu
terikkan ia, hingga menembus tembok-tembok
angkuh para birokrat
hingga nurani memahami nuraninya....

untukmu yang turun ke jalan
jangan pernah biarkan idealismemu
terpasung diantara tingginya gedung-gedung birokrat
kini dan hari esok adalah milik kita
kitalah yang akan merubah dunia
oleh kita saat ini, bukan oleh siapapun

hingga idealisme kita berdiri tegak
berkibar di antara panggung sandiwara
dan retorika elit-elit birokrat itu.
readmore »»ǴǴ

Jalan Panjang dan Cita-Cita

Oleh : Arif Atul M Dullah

jalan, jalan panjang cita-cita
harus di hiasi dengan
semangat yang tak pernah padam

rangkai, rangkai impianmu sebesar engkau mau
takdirmu adalah impianmu

berlarilah kejar ia rengkuh dalam dekapmu
jangan lepaskan ia,juga
jangan pernah biarkan engkau jatuh dan mati

jatuh, jatuh, bangkitlah
tidak peduli berapa kali kita terjatuh
setiap kali kita berlari menuju mimpi itu
yang pasti bangkit..tetaplah bangkit setelah jatuh

rangkai, rangkai masa depanmu
ditanganmu, bukan ditangan mereka,atau siapa pun

ia adalah takdirmu
maka ukirlah ia seperti inginmu
jangan pernah biarkan mereka mengusik

gapai cita menuju jalan panjang kemenangan
karena mimpi adalah awal
awal lahirnya kenyataan
kenyataan hari esok

disini... di ruang keyakinan
impian itu terangkai
masa depan itu terangkai
untuk layak menjadi impian

disini di ruang keyakinan
keyakinan yang bukan keyakinan
tapi keyakinan yang terealisasi
untuk sekali lagi merebut takdir kita


readmore »»ǴǴ