Senin, 23 Mei 2011

Lintasan Pikiran

Mereka berhak mendapatkan keabadian dalam ingatan hati mati manusia, krn kebajikan yg telah mereka ukir di sana, di atas lembar hati manusia. Maka kematian bagi mereka, adalah tempat istrahat dan menikmati balasan kebajikan abadi atas kebajikan yg telah mereka berikan tanpa henti selama hidup.

Keberanian ini adalah sejenis keberanian yang pernah dimiliki oleh Umar bin Khatab. Ketika hendak hijrah, beliau mengatakan: “ Saya akan melakukan hijrah, dan saya akan melalui jalan ini, siapa yang mau menjandakan istrinya, meyatimkan anaknya, maka silahkan tunggu saya di sana.”

Jujurlah, maka kamu akan dicintai manusia....

Kita tentu berduka dengan kepergian mereka. Kepergian generasi perintis. Tapi mereka telah berkarya besar, peletak dasar kesuksesan yang telah dicapai saat ini. Amal mereka takkan pernah berhenti dituai. Selamat Jalan.......

Hal yang harus segera berubah dalam hidup kita seiring pertambahan usia adalah TERUS MENJADI LEBIH BAIK. Krn setiap hari pengetahuan kita tentang hidup terus bertambah dan itu berarti sikap kita juga harus berubah

Sepertinya waktu benar-benar menjadi alat uji komitmen. Jika kita telah memikul beban sekian lama, maka kita akan tahu bahwa godaan ut melepaskan beban itu mgkn semakin besar. Maka yang harus kita lakukan ad menambah pengetahuan ttg hidup, lalu memelihara kedekatan dengan-Nya, kemudian memperkuat harapan akan syurga dan wajah-Nya


Dedaunan yang berjatuhan di taman, seperti itulah kehidupan. Ada daun yang gugur, tapi ada tunas yang terus tumbuh. Maka begitulah sunatullah kehidupan

Air. Ia lembut dan lentur. Tapi anda juga takkan menduga jika pada suatu waktu amukkannya bisa memporakkan bangunan teguh.

Jika anda punya cita-cita besar, segera ubah cita-cita itu menjadi kapasitas diri anda melalui proses belajar yang tak pernah henti

Ajarannya sudah ada, Lengkap (Q.S Al Maidah: 3). Ruang implementasinya juga telah ada, Bumi keseluruhannya (tanpa kecuali) (Q.S Al Anbiya : 107). Ia hanya butuh eksekutornya ut membumikan risalah langit itu. Itulah Manusia (Q.S. Al Baqarah: 30). Manusia yang sempurna dalam takaran Allah SWT (Q.S Al Ashr).

Mari. Mari kita rehat sejenak dari rutinitas. Rutinitas yang telah mengikis banyak sekali energi jiwa kita. Sesekali, marilah kita membuka lembar-lembar sejarah yang telah kita tulis-tulis. Mungkin disana, dicoret-coret tak beraturan itu, kita bisa menemukan mutiara. Ya. Rangkaian Mutiara perjalanan hidup

Jika anda takut sesuatu, maka ut menghilangkan ketakutan itu, segera lakukan. Misalnya, jika anda takut naik gunung, maka segera naik gunung.

Mereka memilih menjadi pemenang kehidupan setelah menang terhadap dirinya sendiri. Krn ia tahu bahwa sejak lahir ia telah menjadi pemenang. Maka kesuksesannya itu harus terus berlanjut hingga ke negeri keabadian (akhirat)

waktu dan kesabaran. panjangnya waktu yg dibutuhkan untuk menempuh perjalanan adalah gambaran ttg kadar kesabaran yang kita butuh untuk itu atau bahkan lebih

Karena setiap hari pengetahuan kita bertambah, maka setiap hari juga pengetahuan itu membuat sikap hidup kita berubah (seharusnya menjadi lebih baik)

Jika ada kerinduan yang sangat pada diri seorang muslim terhadap dunia, maka seharusnya kerinduan itu adalah kerinduan akan "keinginannya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi sebanyak-banyaknya manusia".

Entahlah arah sejarah akan seperti apa (dalam takdir-Nya), kita hanya perlu menerawangnya sesuai yang kita impikan dengan kerja-kerja yang maksimal dan doa yang tak henti

Suatu waktu, aku ingin mengajakmu jalan-jalan, untuk melihat-lihat taman-taman yang telah ditanami oleh generasi pendahulu. Setelah itu aku ajak engkau untuk merawatnya........

Jika yakin bahwa engkau bekerja untuk-Nya, lalu apa lagi yang engkau takutkan untuk masa depanmu. Mustahil, Dia yang Maha Perkasa menyia-nyiakan hamba-Nya yang ikhlas bekerja untuk-Nya

Di pagi ini....mari kita bertekad, untuk menjadi peserta paling sadar di alam semesta. Setelah itu berupaya sekuatnya untuk menjadi manusia yang efektif

Gurat-gurat wajahnya memahamkan kita satu hal. Bahwa laki-laki itu begitu tenang dalam menjalani kehidupannya. krn ia memiliki sumber harapan yang tak terbatas.

Gurat-gurat wajahnya memahamkan kita satu hal. Bahwa laki-laki itu begitu tenang dalam menjalani kehidupannya. krn ia memiliki sumber harapan yang tak terbatas.

Hari-hari ini adalah hari-hari yang penuh ujian. dari eksternal mencoba menghantam untuk memecah barisan. di internal banyak cobaan yang menimpa teman-teman tercinta. Semoga ujian ini bisa kita lalui dan semoga Allah senantiasa memberikan kita karunia kekuatan. BERSABARLAH
readmore »»ǴǴ

Minggu, 22 Mei 2011

Asy Syajaah

Kamis, 10 Februari 2011

Kita pernah mendengar satu penjelasan dari salah satu hadist Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa kita, kaum muslimin, pada suatu ketika akan hidup seperti makanan yang diperebutkan oleh banyak orang atau umat-umat yang lainnya. Dan ketika seorang sahabat bertanya, mengapa hal itu terjadi, Rasulullah menjawab: “karena kaum muslimin menderita suatu penyakit yang disebut wahn”. Meskipun, jumlah kaum muslimin sangat banyak.

Alasan inilah yang kemudian menjelaskan satu realitas yang sedang kita hadapi saat ini. Yaitu ketiadaan kewibawaan kaum muslimin dihadapan umat-umat yang lain. Ketiadaan mentalitas keberanian, Asy Syajaah, selain berefek pada tak dipandangnya umat muslimin secara eksternal, penyakit ini justru tidak sedikit kita temukan berkembang dikalangan internal kaum muslimin sehingga keberanian untuk memikul beban yang lebih banyak sangat jarang kita temukan.

Kita belum akan berbicara pada keberanian secara eksternal, tapi di sini kita hanya akan berbicara tentang keberanian secara internal yang mendorong seseorang untuk mengambil peran-peran keislaman seiring dengan usia perjalanannya di muka bumi.

Tugas meneruskan risalah ini, jika kita bisa menganalogikannya, maka perjalanan hidup ini bukanlah seperti kerja sebuah bus, yang sepanjang perjalanannya ada saja muatannya yang naik dan ada juga turun. Tetapi sifat pekerjaan meneruskan risalah ini adalah sebuah kendaraan yang penumpangnnya tidak pernah turun, yang ada hanyalah terus menerus bertambah bebannya seiring dengan pertambahan usia perjalanannya.

Iman, tentu saja tidak akan bernilai jika tidak mendorong pemiliknya untuk merealisasikannya menjadi amal yang nyata di tengah realitas kehidupan. Kita yang dididik dalam keislaman sekian lama, untuk membangun kembali karakter keislaman kita, tentu saja dalam doktrin-doktrin keislman itu, kita yang menyebutkan bahwa nahnu qaum amaliyyun, kalian adalah kaum yang beramal. Bukan para propagandis kebaikan. Tapi kita adalah pekerja amal.

Sebagian aktivis, sekali lagi mengalami kendala ini. Ketiadaan sifat Asy Syajaah dalam jiwanya. Sehingga hal inilah yang menjadi alasan yang menjelaskan bahwa sebagian muslim tidak berani mengambil alih tugas-tugas keislaman secara berani. Entah, sebesar apapun risiko yang kemudian akan hadapi karena tugas itu. Adanya ketakutan bahwa suatu saat ia akan disalahkan karena ketidaksanggupannya menyelesaikan target-target tugas yang diberikan kepadanya.

Rasulullah SAW punya cara sendiri untuk membangkitkan dan mendorong karakter ini keluar dari kedalaman jiwa para sahabat-sahabatnya. Pada suatu malam, menjelang hari peperangan Rasulullah SAW mengangkat pedang dihadapan para sahabat dan kemudian berkata: “ Siapa yang mau mengambil pedang ini, maka Allah SWT akan mencintainya”. Maka tak satupun sahabat yang tidak mengangkat tangannya. Sampai kemudian Rasulullah SAW mengatakan: “tapi yang mengambil pedang ini harus mampu menunaikan tugasnya”. Yaitu memenangkan peperangan. Inilah cara Rasulullah SAW, memupuk, memelihara, bibit keberanian di hati sahabat-sahabatnya.

Keberanian ini adalah sejenis keberanian yang pernah dimiliki oleh Umar bin Khatab. Ketika hendak hijrah, beliau mengatakan: “ Saya akan melakukan hijrah, dan saya akan melalui jalan ini, siapa yang mau menjandakan istrinya, meyatimkan anaknya, maka silahkan tunggu saya di sana.” Atau jenis keberanian spektakuler yang pernah diperlihatkan oleh Khalid bin Walid pada wajah sejarah yang ketika hendak memasuki suatu wilayah, maka raja-raja di daerah tersebut tidak lagi melakukan perlawanan kecuali menyerah pasrah.

Sebagian orang memang memiliki sifat As Syajaah ini sebagai sifat bawaan memang mereka miliki sejak lahir. Boleh jadi memang kita tidak memilikinya sebagai bawaan sejak lahir, tetapi sifat ini bisa kita munculkan melalui latihan.

Inilah yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah SAW, yang pada suatu malam menjelang esok hari peperangan ia mengangkat pedangnya dan mengatakan “siapa yang mau mengambil pedang ini, maka ia akan dicintai Allah.” Artinya Rasulullah menstimulasi sifat keberanian untuk mengambil beban dengan risiko berat bagi para sahabatnya.

Keberanian yang tentu saja mengandung risiko ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang memiliki kekuatan iman tak goyah. Yang dengan keimanan yang kuat itulah ia meyakini adanya pertolongan Allah SWT. Apakah Anda memiliki sifat ini? Saya tidak tahu. Tapi saya kira kita bisa melatihnya agar sifat ini muncul sebagai karakter.
readmore »»ǴǴ