Selasa, 19 Juli 2011

Sujud Di Ujung Ikhtiar Cinta

Selasa, 19 Juli 2011

Dipelataran sejarah, cinta menghiasi setiap berandanya
Di antara rasa yang menghias bergantinya musim
Karena rindu adalah karunia Tuhan untuk setiap jiwa
Maka, biarkan ia, cinta mengalir menuju muara kesejatian

Seperti kumbang yang merindu kehadiran musim semi
Begitulah para pecinta menanti kehadiran sang pasangan jiwa
Karena lirik adalah luahan perasaan dikedalaman jiwa
Maka, biarkan ia, cinta memekar berpadu dengan irama kasih


Dihiaskan lagu nurani, ia menjawab panggilan rindu
Melepas pergi, melerai rindu, untuk menguatkan cinta
karena ia telah berjanji menjemputnya di ujung musim ini
agar ia tak gugur ke bumi, agar ia tak tersia

Maka di antara sujud-sujud panjangnya
Ikhtiar cinta digenapkan, untuk meminta keputusan
Keputusan dari Sang Maha Cinta di lembar ketetapan-Nya
Agar cinta kita diiringi terbitnya cahaya dari cinta abadi.
readmore »»ǴǴ

Minggu, 17 Juli 2011

Pengaruh

Kamis, 8 Juni 2010
Pukul 19.41 WITA

Pada satu ketika, dikalangan teman-teman ada satu diskusi tentang bagaimana mengukur hasil akhir dari kinerja dakwah yang kita lakukan setelah melalui sekian banyak tahapan-tahapan dakwah seperti yang disebutkan dalam manhaj dakwah kita. Indikator yang memberikan gambaran real tentang hasil dakwah yang telah dilakukan. Indikator yang dimaksud adalah bagaimana mengukur kata “pengaruh” dakwah dikalangan mahasiswa dan masyarakat secara keseluruhan?

Secara keseluruhan bahwa pengaruh yang akan kita ukur ini merupakan hasil kerja keras dari dua tahapan dari empat marhalah dakwah kita. Itulah yang kita sebut dengan marahalah persiapan (tandzimi) dan marahalah sya`bi. Hasil kerja dari tahapan ini adalah terbentuknya basis kader utama dan basis sosial dakwah dikalangan masyarakat , melalui penyebaran fikroh dan syiar-syiar Islam yang kita lakukan. Dimana pekerjaan marhalahnya tentu saja tidaklah selesai meskipun dakwah telah memasuki tahapan lanjut. Karena pemahaman kita tentang semua marahalah itu adalah perluasan bukan perpindahan marahalah.

“Pengaruh” bukanlah satu ukuran yang kita klaim.

Indikator yang kita bisa gunakan sesungguhnya dapat memakai dua pendekatan sekaligus. Indikator itu adalah indikator kualititatif dan indikator kuantitatif. Indikator kualitatif untuk mengukur keberhasilan dakwah kita misalnya adalah dengan memperhatikan situasi sosial masyarakat yang terwarnai dengan nilai-nilai keIslaman. Tapi indikator kualitatif sangat sulit menilainya. Karena lebih bersifat pada presepsi.

Sebab, jika kita melihat pada skala yang lebih besar misalnya. NU dan Muhammadiyah mengklaim dirinya sebagai dua ormas terbesar di Indonesia dengan jumlah pengikut terbesar. Akan tetapi ternyata PKB dan PAN tidak bisa memenangkan pemilu di Indonesia dan bahkan faktanya jumlah suara pemilihnya menunjukkan tren menurun.
Meskipun, memang kedua ormas tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan dirinya sebagai underbow dari kedua partai tersebut. Tapi fakta menunjukan bahwa elit-elit politik kedua partai tersebut, juga adalah elit-elit pada kedua ormas tersebut. Dan mereka tidak memenangkan pemilu. Minimal pada kekuatan pengaruh elitnya terhadap orang-orang yang disebutnya dengan “warga Muhamadiyah atau NU”

Kita masuk pada wilayah yang lebih kecil. kita. Apa indikator bahwa kita memiliki “pengaruh” dikalangan masyarakat ? Pengaruh yang saya maksud disini adalah yang paling berpengaruh. Maka jika dapat disederhanakan dengan menggunakan analogi di atas, indikator pengaruh itu adalah kemenangan dalam pemilu. Tapi pemenangan di sini memiliki padanan kata lainnya, mobilitas. Mobilitas, Inilah yang ingin saya sebut sebagai indikator bahwa kita memiliki pengaruh dikalangan masyarakat . Bukan pengaruh yang kita klaim.

Mobilitas sesungguhnya dapat mencakup dua hal. Pertama, mobilitas internal kita. Kemampuan mobilisasi kader kita. Dari sini akan jelas terlihat bahwa orang-orang yang kita tarbawiyah adalah kader kita. Bukan klaim bahwa seseorang itu adalah kader kita karena kita mentarbawiyah seseorang. Dalam beberapa kasus di beberapa fakultas misalnya. Kita menyebutkan tentang jumlah kadernya lebih dari separuh total mahasiswa. Tapi faktanya tidak dapat memenangkan pemilu.

Dan kedua adalah mobilitas masyarakat yang menjadi ukuran luas lingkaran pengaruh kita. Lingkaran pengaruh ini sesungguhnya dapat terbentuk dari banyak alasan. Pertama, masyarakat yang telah terwarnai oleh fikroh dakwah yang kita lakukan selama mihwar sya`bi. Karena “gagal” tertarbawiyah. Kedua, lingkaran pengaruh yang terbentuk karena kompetensi kader. Karena kebutuhan mereka terhadap kader, mereka akan cenderung mengikuti apa yang menjadi “keinginan” kita.

Inilah indikator pengaruh kita dikalangan masyarakat . Tetapi nilai pengaruh ini tidaklah menjadi alasan bahwa kita bisa bertahan pada puncak kekuasaan. Sebab untuk penyeimbangan kekuasaan, kita perlu menguasai lebih dari 50% pada dua lembaga ini. Lembaga eksekutif itulah yang kita sebut sebagai BEM atau Himpunan. Dan lembaga legislative itulah yang kita sebut dengan dewan mahasiswa atau majelis perwakilan mahasiswa.
readmore »»ǴǴ