Sabtu, 22 Desember 2012

Disini, Cinta Adalah Takdir

Sambungan Tulisan Ini:
http://www.arifatul-daily.blogspot.com/2011/10/masih-tentang-cinta-2.html

Disini, Cinta Adalah Takdir
Hadir sebagai rasa yang tak bisa engkau bendung
Bukan karena nafsu atau syahwat ia hadir, lalu mengisi ruang hati dan jiwamu
Tapi memang ia hadir tanpa memberimu ruang untuk memilih

Ini bukanlah cinta buta,
Tapi ini adalah cinta yang lahir karena keserasian-keserasian jiwa
Yang tercipta sejak alam sebelum alam dunia ini

Maka, jika ia telah datang berdoalah
"Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya"
___________________________________________________________________________________

Cinta lahir karena ada pemicunya. Yang mengawali semua perasaan yang muncul setelahnya. Salah satunya adalah pandangan. Pandangan yang kita maknai sebagai tatapan mata yang disengaja. Atau pandangan yang tak disengaja.

Jika pandangan yang pertama menjadi pemicu lahirnya cinta, maka ia tercela. Tapi jika pandangan yang kedua yang menjadi pemicunya, meski telah terus berusaha dihindari, memalingkan pandangannya ke tempat lain, tapi cinta itu terus tumbuh tanpa mampu dihindari, itulah sebagian makna dari doa ini, dalam Q.S Al Baqarah 286:

"Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya"

#Mungkin dalam konteks inilah, cinta yang terus tumbuh meski telah berusaha menghindari sebab-sebabnya, maka "Menghalalkan Cinta" telah menjadi 'WAJIB' bagi mereka yang merasakannya...Agar perasaan yang "boleh" tadi, tidak berujung pada ketercelaan


#29. Saya mau menambahkan beberapa pengalaman lapangan dlm konteks ini. Hasil #wawancara para pelakunya. Mudah2an msh siap nyimak

#29. Instrumen #Istikhorah ad puncak dari seluruh ikhtiar dalam menemukan #Keserasian2 yg sy sebutkan tadi.

#30. Tetapi kadang atau lbh sering engkau akan menemukan #Keserasian2 itu dengan cara yg paling tdk bisa engkau jelaskan sec rasional

#31. Krn jika #keserasian itu memang ada, maka seluruhnya, #hati, #fisik dan #akal tiba2 tertunduk tak berdaya dipuncak #Istikhorah

#32, Tetapi, tiba2 yang engkau rasakan adalah nuansa yang tak bisa engkau jelaskan bahkan pada dirimu sendiri. Tdk jg oleh puisi

#33. Sy menguji #Teori saya ini, pada salah satu atau bbrp teman yg baru saja "memenuhi separuh agama" nya. Sy mau share kan

#34. Sy tanya ke dia: Bgmn tiba2 engkau bisa sampai kesimpulan, bhw dialah yg cocok untuk menemanimu seumur hidup?.

#35. Sy mengunakan kata : "tiba2".Krn dia memang hanya "menimbang" dlm waktu sebulan. Bayangkan dg org yg pacaran tahunan tpi akhirnya bubar

#36. Ini jawaban dia: "Ketika sy membaca datanya, tiba2 saja saya menangis. Entah apa penyebabnya. Padahal sy tdk pernah mengenalinya"

#38. "Sy tdk pernah mengenal dia sebelumnya, kecuali samar2. Bhw sy rasanya sy pernah mendengar namanya". Nah!!!

#39. Bagi sy begitulah #Keserasian yg sebenarnya terjadi. Sy meyakini bhw "hubungan" mrk akan abadi. Semoga sampai ke akhirat.

#40. #Keserasian yg lahir dari daya tarik jiwa, dlm orientasi keabadian. Bukan dari apa yg nampak oleh mata. Jk pun ada, porsinya sedikit dan tidak dominan, sebagai penyebab lahirnya cinta
readmore »»ǴǴ

Jumat, 21 Desember 2012

Keakraban Kita Berbeda

Spesial For 21 / 12 / 12

Aku pandangi kejauhan, ada sosok yg memamngil-manggil
Lalu, tiba-tiba seluruh ruang harapanku terisi
Semoga sosok itulah jawaban semua harapan dan pertanyaan itu

Aku mulai menjelajahi belantara harapan
Tapi suaranya terus memanggil-manggil menuntun
Sebenarnya ia tak begitu ku kenali
Tapi entah mengapa, rasanya kami telah akrab

Apakah ini yang disebut dg keakraban takdir?
Keakaraban yg sdh terjalin jauh sebelum alam dunia?
Keserasian-Keserasiannya bertemu tanpa mampu aku jelaskan bagaimana
Akal, Jasad, dan bahkan jiwaku tertunduk patuh

Disenja ini, ia datang sebagai mentari
Yang menerangi dan menghangatkan bumi harapanku
Sungguh, ia adalah angin sepoi yang menyejukkan
Mengiaskan lembah jiwa dengan embun dan nyiur dedaunan
Ciptakan kegembiraan-kegembiraan yang ajaib

jika begitu, biarkan aku yang kesana...
Menjemput sosok yang kurasakan telah begitu akrab
Meski sebenarnya ia tak pernah kukenali
Dalam alam nyataku, Dalam hari-hari yang lalu

Tunggulah aku ditepi malam-malammu
Nantikan aku dalam sujud-sujud panjangmu
Titipkan doa2mu melalui angin malam
Semoga para malaikat mengantarnya sampai ke langit

Biar malam yang menuntun kita
Dan bintang-bintang menjadi pelita bagi jalan ke sana
Sebenarnya kita telah lama akrab, sungguh
Bahkan sejak di alam yang kita sendiri tak mengingatnya

readmore »»ǴǴ

Kamis, 20 Desember 2012

Masalah Dakwah dan Masalah Pribadi Itu Beda!!

Kamis, 20 Desmber 2012

Sepulang ngisi liqo, salah seorang ikhwa, membuka kembali “facebook dakwahnya”. Untuk satu diskusi dengan salah seorang saudaranya yang jauh diseberang sana. Saya mau membagikannya untuk antum semua. Bismillah


Ikhwan A:
Akh, bagaimana pendapat ente. Jika ada kasus seperti ini: ada satu halaqoh sudah gak jalan hampir 2 bulan. Setelah ane tanyain, alasannya karena kesibukan murobbinya, tugas-tugas kantor yang cukup banyak.

Padahal untuk alasan yang sama atau hampir sama dan berulang sampai dua bulan, menurut saya itu sudah tidak layak menjadi alasan

Ikhwan B :
Saya jadi teringat, cerita salah seorang ustad.
Ada satu moment, dimana seorang pimpinan DPTW di satu wilayah, sedang dihadapkan pada dua kondisi yang sama pentingnya. Yang pertama ada rapat DPTW dan dia yang memimpin rapatnya. Yang kedua, dia harus menyiapkan ujian disertasinya esok hari. Tidak mungkin dikerjakan dua-duanya. Tak mungkin juga diabaikan dua-duanya.

Ikhwan A : Jadi apa sikapnya?

Ikhwan B :
Dalam dua keadaan itu, beliau tidak mungkin digantikan. Tapi beliau memutuskan untuk menyiapkan disertasinya dan mengabaikan rapat DPTW. Dan asumsi tersebut benar, salah satu personel DPTW menggantikan beliau untuk memimpin rapat.

Ikhwan A :
Hmmm, aku masih termangu ,meresapi maknanya…..

Ikhwan B :
Jangan mengatakan hal tersebut salah. Karena sikap yang dipilihnya ini dibangun dari asumsi bahwa “ jika tidak ada yang mau menggantikan beliau memimpin rapat DPTW maka biarkanlah keadaan sendiri yang berproses menggantikan beliau”

Ikhwan A :
Berproses menggantikan , itu maksudnya seperti dalam Q.S 5 : 54 ya?

Ikhwan B :
Ya, pada sebagiannya.
Contoh lain, jika pada satu waktu tak ada yang gantikan ente ngisi liqo. “Biarkan saja” seperti itu untuk satu atau dua kali pertemuan

Ikhwan A :
(Masih terus mendengarkan dengan serius) Biarkan? (tanya nya dalam hati)

Ikhwan B :
(lanjut…), karena boleh jadi, absen mengisi liqo akan menegur komitmen orang lain yang malas mengisi liqo. Dan tanamkanlah juga yakin, bahwa dakwah ini milik Allah dan semuanya dalam rekayasa Allah.

Ikhwan A :
Apakah kita juga bisa memahaminya begini: “disisi lain, itu menjadi ujian bagi yang lain untuk siap mengambil tanggung jawab itu, jika kondisinya sudah demikian?

Ikhwan B :
Ya benar. Tapi, yang juga harus dipertegas dalam konteks amanah yang lebih luas adalah bahwa harus ada batas yang tegas antara tanggung jawab dan kebodohan sikap. Keduanya sangat berbeda, dalam konteks ini, meski kadang keduanya tampak sama”

Ikhwan A :
Kebodohan dari siapa dan tanggung jawab dari siapa?

Ikhwan B : dari diri sendiri….

Ikhwan A :
Apa salah, jika mengambil inisiatif untuk menyelesaikan solusi (kasus pada liqoat tadi) karena kesadaran bahwa kader itu milik dakwah? Sebagai bentuk tanggung jawab?
Atau itu yang dimaksud dengan kebodohan? Karena terus membebani diri dengan urusan yang terus menumpuk padahal sebenarnya itu wilayah tanggung jawab orang lain?

Ikhwan B :
Selesaikan amanah yang dibebankan padamu, yang menjadi tanggung jawab pribadimu. Jika masih ada ruang, silahkan bantu orang lain untuk menyelesaikan tanggungjawabnya.

Ikhwan A : ……..(kembali termangu)

Ikhwan B :
Terus menerus mengambil alih tanggung jawab yang merupakan amanah orang lain, itu tidak selalu bijak.

Ikhwan A : ……..(masih termangu)

Ikhwan B :
Penting menurut saya antum memahami kapasitas dan kemampuan diri sehingga mampu memproyeksi batas tanggung jawab yang bisa dipikul.

Ikhwan A : ……..(terus termangu)

Ikhwan B :
Apa artinya berkelompok (berjamaah) jika aktifitas yang dominan adalah aktifitas individu. Saya teringat lagi nasehat seorang ustad.

Ikhwan A : Apa itu?

Ikhwan B :
Walaupun seorang kader ngisi halaqah 3 kali sehari, 7 kali sepekan, itu tak mengurangi beban dakwah setetespun. antum pernah baca kan artikel ustad cahyadi tentang miopy dakwah. Antum sudah lama dalam jamaah ini. Antum cukup banyak menyerap semangat dakwah para asatidz tapi boleh jadi antum jarang menyelami diri antum. terutama konsepsi diri antum

Ikhwan A : trus…..??

Ikhwan B :
harus ada refleksi bentukan yang sesuai antara irama dakwah dan irama hidup. Yaitu kemampuan mengambil sikap yang obyektif di tengah rumitnya masalah dakwah dan masalah hidup

Ikhwan A : Apakah ada contoh teknisnya?

Ikhwan B :
Tidak terlalu jauh, lihatlah sikap hidup para asatidz kita mulai dari ustadz hilmi, ustadz tifatul, ustadz anis matta, dan yang lainnya. Mereka punya masalah dalam pandangan kader seperti kita. Masalah hidup mereka dan masalah dakwah mereka hampir tiada beda

Ikhwan A : (menyimak)

Ikhwan B :
Dibungkus selogan hidup adalah dakwah Tapi ternyata pengakuan mereka dibalik layar sangat beda antara masalah hidup mereka dan masalah dakwah.

Ikhwan A :
mereka tidak pernah membawa masuk masalah hidup pribadi mereka, ke dalam dakwah ini?

Ikhwan B : Na`am. Akhi….

Ikhwa A :
Terdiam. Nampak matanya basah oleh air bening yang mengalir diujung pelupuk matanya.

Inilah dakwah saudaraku, Inilah dakwah saudaraku. Inilah dakwah saudaraku.
Semoga kita kuat. Dengan pemahaman yang mendalam, agar kita tak menjadi lilin yang menerangi sekita tapi terus membunuh diri sendiri

Semoga kita kuat. Karena hari – hari yang kita jalani ini, adalah hari-hari yang akan selalu didatangi oleh ujian yang terus menguji seberapa kuat kita bertahan diatasnya.

Fitnah dihadapan membentang, dan siap memangsa siapa saja yang lemah. Semoga kita semuanya diberikan kekuatan.

Dan jika satu waktu kita hanya boleh memohon satu doa, berdoalah seperti ini:
“Yaa Allah teguhkanlah aku dijalan agama-Mu ini”

readmore »»ǴǴ