Makassar, 7 Oktober 2009
Untukmu yang turun ke jalan
meneriakkan jeritan anak-anak manusia
jeritan yang tak pernah bergaung
ditengah angkuhnya gedung-gedung birokrat
untukmu yang turun ke jalan
memilih berpeluh keringat
di tengah sejuknya AC ruang-ruang kuliahmu
ketika mereka enggan turun kejalan
kau lukis setitik harapan
di tiap lembar hari
bagi mereka anak-anak manusia
yang hidup dalam belenggu tirani
kini....
di tengah deru perjuanganmu
ku tempuh jua jalan perjuanganku
jalan juang itu kini berbeda
fisik tak lagi bertemu fisik, sepertimu
fisik tak lagi bertemu pentungan para polisi
tapi....
jalan juang ini dibangun diatas idealisme yang sama,
kini jalan juang ini tak lagi menapaki jalur jalan sepertimu
fisik tak lagi bertemu fisik
fisik tak lagi bertemu pentungan para polisi
untukmu yang turun ke jalan
kini idealisme di dadaku masih sama sepertimu
hanya, perjuangan itu ada tahapnya
hanya, zaman itu butuh model juang yang berbeda
itu caramu....seperti saat itu...aku juga sepertimu
untukmu yang turun kejalan
teriakkanlah suara anak-anak manusia itu
terikkan ia, hingga menembus tembok-tembok
angkuh para birokrat
hingga nurani memahami nuraninya....
untukmu yang turun ke jalan
jangan pernah biarkan idealismemu
terpasung diantara tingginya gedung-gedung birokrat
kini dan hari esok adalah milik kita
kitalah yang akan merubah dunia
oleh kita saat ini, bukan oleh siapapun
hingga idealisme kita berdiri tegak
berkibar di antara panggung sandiwara
dan retorika elit-elit birokrat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar