Selasa, 25 November 2008

Pemuda, di bawah rintik hujan sepanjang jalan malino

Tersenyum ia sambil berjalan, entah kemana ia menuju. sesekali ia tersenyum, entah apa yang ia senyumi. Tubuhnya basah, rambutnya basah, ia berjalan di bawah derasnya hujan sepanjang jalan malino.

Usianya masih muda, mungkin baru 20-an tahun, tubuhnya memang tidak kekar tapi dari pancaran mata dan senyumannya ia menyimpan sebuah optimisme. Entah, sudah berapa lama ia berjalan. Tapi, melihat jejaknya dan kotor kain yang ia pakai, terlihat jelas ia telah cukup lama berjalan.

Ia tersenyum lagi, sambil menggenggam jemari tanganya ia terus mengayuh langkah. Ditengah deru dan derasnya hujan ia terus berjalan. Optimisme di hatinya masih jelas terpancar dari binar mata dan langkah-langkah yang terus ia ayunkan.

Dialah pemuda itu, dialah yang kelak akan hadir di panggung sejarah bangsa ini, untuk mengatakan dan meneriakan lantang kepada bangsanya bahkan dunia. Bahwa hidup ini harus selalu di penuhi optimisme tinggi. Bahwa harapan akan hari esok yang lebih baik adalah pasti. Bahwa di tengah bangsa yang sedang sekarat dan penuh dengan luka ini, ia ada, pemuda ini ada untuk menjadi pilar kebangkitan bangsanya. Bahwa ia bisa, dan ingin berkata kepada yang lain, kepada setiap orang yang di temuinya sepanjang jalan malino.

Tidak ada komentar: