Kamis, 10 Februari 2011

Impian Besar Pekerjaan Besar


Arif Atul M Dullah
Kamis, 8 Juni 2010


Ada satu gejala yang luar biasa di sebagian kalangan masyarakat barat, kalau tidak bisa disebut semuanya, dan mungkin inilah yang membedakan kita dengan mereka. Sebagai sebuah bangsa. Mungkin juga kita sebagai muslim. Setidaknya inilah yang kita bisa temukan pada penulis-penulis scenario film barat. Atau pada ilmuwan-ilmuwan barat. Ada satu kemampuan mengkhayal yang kuat disana. Sebelum mereka menulis cerita tentang film. Seperti film “the journey to the earth centre”. Cerita tentang perjalanan menuju pusat bumi. Dan dengan sangat yakin saya ingin mengatakan bahwa inilah yang tidak dimiliki oleh sebagian kaum muslimin.

Mungkin kelihatannya terlalu naïf secara nurani keislaman kita, jika menganggap bahwa film-film tersebut benar. Misalnya khayalan mereka tentang adanya satu kehidupan di pusat bumi sana. Atau cerita tentang beberapa astronot yang berhasil menghancurkan meteor besar yang akan menghancurkan bumi. Hampir mustahil memang. Tapi kondisi inilah yang mendorong diri mereka dengan sangat kuat untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar untuk membuktikan impian mereka itu. Minimal ada satu sisi positif disini. Mereka merangkai satu mimpi yang mungkin memang mustahil ada. Ceritanya mungkin fiksi. Tapi itulah daya jangkau akal yang besar. Yang kemudian memotivasi mereka secara terus-menerus untuk membuktikan impian mereka itu.

Terasa sangat berbeda dengan diri kita. Sebagai sebuah bangsa atau sebagai seorang muslim. Mungkin kita tidak pernah berani untuk menetapkan satu impian besar dalam hidup kita. Atau mungkin tidak pernah ada memang. Dan jika mungkin ada, maka ada jurang yang besar antara impian dan realisasi impian itu.

Padahal ketika berbicara tentang khilafah. Sebuah cita-cita yang mungkin tidak ada pada sebagian besar kaum muslimin. Sebuah Negara yang luas, Yang disana kita memberikan keadilan bagi manusia secara keseluruhannya. Dan mendistribusikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya. Lalu ada janji Allah yang pasti. Yang tidak ada pada keyakinan penulis film-film tadi. Atau ilmuan-ilmuan barat tadi.

Atau misalnya ketika kita membaca ayat-ayat Allah swt. “idza jaa anasrullahi wal fath, wara`aitannasa yadkhuluuna fii dinillahi afwaja”. Atau janji-janji Rasulullah seperti penaklukan kota Roma yang kedua (Italia). Lalu ketika Allah menjanjikan tentang akan datangnya satu masa dimana manusia berbondong-bondong memasuki pintu gerbang keislaman. Sekali lagi mungkin ini tidak ada pada sebagian impian muslim. Atau jika mungkin ada, maka kita akan menemukan adanya jurang pemisah yang besar yang membentang antara impian dan realitas itu.

Jurang pemisah itulah yang ingin saya sebut dengan kerja besar. Janji-janji Allah tersebut terlalu besar. Lalu jika memang menanamkan dalam hati kita tentang kepastian janji tersebut, menyatu dalam impian setiap muslim. Dan mungkin setiap muslim punya impian yang besar itu dalam jiwanya. Tapi mungkin dia tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan besar untuk merealisisasikan janji itu. Padahal impian besar tidak mungkin dicapai hanya dengan melakukan pekerjaan pekerjaan kecil.

Itu realitas yang tak mungkin kita pungkiri. Maka sudah saatnya impian itu kita tanamkan kuat dalam dasar alam jiwa kita. Sebagai muslim. Setelah itu kita mulai melakukan pekerjaan-pekerjaan besar dalam hidup untuk merealisasikan janji tadi.

Jika impian para penulis cerita film-film fiksi itu tidak dibangun dari motivasi iman. Maka kita berbeda, kita memiliki keyakinan akan kepastian janji Allah. Hanya saja untuk merealisasikan cita-cita itu, kita sudah sangat wajib untuk mulai melakukan pekerjaan-pekerjaan besar selama hidup. Agar jurang pemisah antara impian dan realisasi janji itu dapat dijembatani oleh kerja-kerja besar yang akan terus kita lakukan secara berkesinambungan.

Tidak ada komentar: