Senin, 10 Oktober 2011

Tegar Di Tengah Badai

Ahad, 9 Oktober 2011
Pukul 06.02 WITA


Di perjalanan panjang kehidupan ini, sesekali kita akan diterpa badai kehidupan. Hal ini bukan sesuatu hal yang harus kita cemaskan, tetapi hal Ini justru kita butuhkan untuk mengokohkan, untuk meneguhkan dan untuk menguatkan seluruh instrumen kepribadian kita, fisik, jiwa, dan akal agar mampu menuntaskan sisa perjalanan kehidupan kita.

Jika pada suatu waktu Allah SWT mengatakan “Apakah kalian akan menyatakan diri kalian beriman padahal kalian belum benar-benar diuji” maka ini adalah penjelasan tentang hakekat bahwa Allah SWT akan menyediakan tantangan-tantangan kehidupan untuk menaikan kita pada satu tangga kemuliaan yang lebih tinggi dari posisi hidup kita sebelumnya.

Lihatlah sejarah, dan semua karya fenomenal yang pernah diukir manusia-manusia besar dalam kehidupan, akan kita temukan disana satu fakta bahwa sebelum mereka mencapai tangga prestisius kehidupan yang membuat mereka terhormat, mereka harus melalui jalan yang berdarah-darah, jalan yang menguras air mata dan fisik, serta debu-debu kehidupan.

Seorang Sayyid Quthb yang menyelesaikan karya fenomenal Tafsir Fii Zilalil Qur`an justru ketika ia menjalani masa-masa penyiksaan dalam penjara. Atau kisah terusirnya Rasulullah SAW dan para sahabatnya dari tanah air tercinta, lalu hidup di negeri baru tanpa harta, tanpa keluarga sebelum mereka kembali ke kota Mekakkah 10 tahun kemudian.

Tetapi, yang kita butuhkan setelah kesadaraan ini adalah jawaban akan pertanyaan ini, apa yang kita butuhkan agar terpaaan badai kehidupan itu dapat kita lalui, agar kita mampu mencapai tangga kemuliaan hidup?. Yang kita butuhkan untuk mampu melampaui badai hidup itu adalah kejelasan tujuan, cadangan kesabaran yang tak terbatas dan keyakinan yang teguh akan dekatnya pertolongan Allah SWT


Kejelasan tujuan menjadi instrument yang menjelaskan bahwa setiap sikap kita dalam hidup hanya akan mengarahkan kita pada satu arah yang jelas. Tujuan itu seperti setitik cahaya di dalam lorong gelap. Tujuan memberi arah kepada kita untuk selalu menuju ke sana. Kejelasan tujuan juga akan menjadi patron bagi kita, bahwa jika pada suatu saat dalam hidup, kita mulai menjauh dari arah yang telah kita tetapkan, kita akan mampu mengatur ulang langkah agar kembali ke track semula.

Inilah alasan yang menjelaskan mengapa Allah SWT ketika hendak menciptakan manusia, yang pertama kali dilakukan-Nya adalah menjelaskan apa tujuan menciptakan manusia. “Dan berkata Allah kepada malaikat: Saya hendak menciptakan khalifah (manusia) di muka bumi”. Agar kelak manusia yang akan diciptakan ini memiliki kejelasan orientasi, kejelasan tentang peran kehidupannya di muka bumi, yaitu sebagai wakil Allah SWT.

Yang kita butuhkan setelah itu adalah kesabaran. Kesabaran adalah karakter dasar yang harus dimiliki oleh penempuh jalan panjang menuju titik akhir hidupnya. Tak satupun yang mampu menyelesaikan perjalanan jika ia tak memiliki cadangan kesabaran yang besar. Kesabaran ini akan terus menerus diuji oleh waktu yang dihabiskan dalam perjalanan panjang menuju terminal akhir perjalanan hidup kita.

Kesabaran menjadi kebutuhan yang tak pernah boleh tak terawat. Karena kesabaran kita butuhkan ketika hendak mengatur ulang langkah, yang lelah akibat terpaan badai hidup. Juga, kesabaran ini kita butuhkan untuk menunggu datangnya jawaban atas setiap upaya kehidupan dari Sang Pencipta. Semua hal yang kita kerjakan dalam perjalan kehidupan membutuhkan sifat ini.

Hal terakhir yang kita butuhkan adalah bahwa kita harus benar-benar meyakini dengan sekuat-kuatnya akan adanya tangan Allah SWT yang akan menuntun kita agar tak jatuh ke dalam lumpur, ada tangan Allah yang akan menyingkirkan setiap hambatan kehidupan. Kita tak mungkin dibiarkan sendiri tanpa pertolongan-Nya.

Manusia, kadang begitu cemas karena terlalu seringnya gagal atas suatu usahanya dalam hidup. Tetapi saya percaya bahwa teruslah berupaya, jangan pernah berhenti mewujudkan mimpi anda, karena setelah jatah kegagalan anda telah terlampaui yang datang sesudahnya adalah kesuksesan-kesuksesan. Pada saat yang sama, kita memiliki tempat menggantung kehidupan. Maka orang-orang beriman yang diberi beban menempuh jalan panjang keimanan akan selalu memiliki harapan yang permanen, karena mereka memilki Allah.

Mungkin memang kisah hidup kita tak seindah kisah-kisah yang diceritakan dalam serial cinta yang ditulis oleh Anis Matta dan juga tak seperkasa para pahlawan yang diceritakannya dalam serial kepahlawanan, tetapi kita memiliki serial pembelajaran hidup yang akan memberikan kita satu hal, yaitu kemampuan untuk mengindahkan cinta dan memiliki karakter seperkasa pahlawan. Karena sekolah kehidupan ini mengajarkan kita satu hakekat, bahwa waktu kita untuk belajar selalu jauh lebih lama dibandingkan dengan waktu ujian.

Tidak ada komentar: