Jumat, 08 Maret 2013

Empat Kata Warisan Ayah Ibuku

Jumat, 8 Maret 2013
Arif Atul Mahmudah (Ab) Dullah

Cahaya surya berdiri megah bagai tersenyum memandangi bumi. Kuatur langkah menuju perhentian. Selintas ingat aku kembali kepada satu kenangan

Di jalan silam itu tercipta sejarah. Tentang bangunan mimpi yang dimulai. Ketika mentari membelalakkan matanya pada bumi

Tertitipkan sejarah mimpi mereka dalam empat suku kata yang kubawa untuk kuwariskan. Aku selalu bangga mengenang mereka.

Tentang makna-makna yang diwariskan: Kebijaksanaan, kedalaman pengetahuan, keterpujian, dan kehambaan

Dua kali melihat, Dua kali mendengar, Satu kali berkata-kata. Itulah ajaran kebijaksanaan. Itulah ajaran kearifan yang kalian titipkan

Dua kali berkarya, Dua kali bergerak, Sekali berkata-kata. Itulah ajaran kedalaman pengetahuan. terselipkan diantaranya

Setiap kali merenungi makna-makna warian empat kata itu, aku selalu bertanya kepada diriku sendiri: "Apakah layak, harapan mereka kutanggung?"

Kebijaksanaan dan kedalaman pengetahuan mengaliri sungai kehidupan menuju muara keterpujian. Keterhormatan. Itulah jembatan antara, menuju titik akhir

Tapi muaranya bukanlah keterpujian dihadapan mereka yang juga menghamba kepada Tuhan. Bukanlah itu, aku tahu persis mimpimu

Maka mereka menutup tiga kata itu dengan penghambaan. Kesanalah seluruh makna itu bermuara.

Ini terlalu rumit dan berat. Tapi itulah doa-doa. Doa yang telah terkirimkan ke langit. Aku masih tak berhenti bertanya. Apa aku sanggup?

Tidak ada komentar: